News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menteri Agama: Tidak Ada Radikalisme di Pesantren, Catat Itu!

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas (kemeja putih) memberikan keterangan pers terkait penyelenggaraan ibadah haji 1442 H/2021 M di Gedung Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Kamis (3/6/2021). Dalam keterangannya, pemerintah memastikan tidak memberangkatkan jemaah haji Indonesia pada musim haji tahun ini karena menimbang kondisi pandemi Covid-19 yang masih meluas di seluruh dunia dan belum adanya kepastian dari Kerajaan Saudi terkait kuota haji menjadi pertimbangan utama pembatalan keberangkatan ini. Tribunnews/Jeprima

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa tidak ada paham radikalisme di lingkungan pesantren.

Menurutnya ajaran agama di pesantren sangat moderat.

"Tidak ada radikalisme di pesantren. Catat itu. Di Pesantren tidak ada yang kamu sebut sebagai radikalisme karena di pesantren-pesantren itu pasti diajarkan ilmu-ilmu agama yang sangat moderat," kata Menag usai acara Hari Santri Nasional di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/10/2021).

Menag meminta semua pihak untuk memahami definisi pesantren.

Jika ada lembaga yang mengklaim pesantren namun ajaran yang disampaikan tidak sesuai dengan definisi pesantren maka tidak dapat disebut sebagai pesantren.

"Jadi kalau ada lembaga pendidikan lain yang tidak seperti pesantren definisinya, tapi dia mendefinisikan diri sebagai pesantren kemudian radikal itu berbeda. Saya memberi jaminan pesantren tidak ada yg mengajarkan radikalisme," katanya.

Baca juga: Erick: Santri Pilar Ekonomi Syariah

Sementara itu terkait dengan masalah kedisiplinan di pesantren, kata Menag, tidak bisa digeneralisir melainkan harus dilihat kasus per kasus.

Ia mengatakan hal wajar apabila ada satu atau dua orang santri yang nakal.

Namun, Yaqut menilai bahwa pesantren jauh lebih aman dari sekolah umunya karena dalam lingkumhan tertutup.

"1-2 anak sekolah nakal itu biasa tapi secara umum kalau di pesantren itu saya yakin anak-anak jauh lebih aman karena dia dalam lingkungan yang tertutup dan dididik. Terutama adalah akhlak dan karakter yang ini menurut saya tidak terjadi di tempat lain," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini