TRIBUNNEWS.COM - Berikut sejarah peringatan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.
Peran pemuda dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia dimulai beberapa tahun sejak berdirinya Organisasi Budi Utomo.
Sekitar 1915, para pemuda Indonesia mulai bangkit, meskipun saat itu masih dalam kelompok-kelompok suku.
Satu di antara pemuda yang memulai gerakan ini adalah Satiman Wirjosandjojo, penggerak organisasi Tri Koro Dharmo.
Baca juga: LINK Twibbon Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2021, Begini Cara Buatnya
Organisasi Pemuda Tri Koro Dharmo
Dikutip dari bobo.grid.id, organisasi Tri Koro Dharmo berdiri pada 7 Maret 1915.
Hal ini dituliskan pada buku Indonesia dalam Arus Sejarah.
Dalam pengertian Bahasa Indonesia, Tri Koro Dharmo memiliki arti Tiga Tujuan Mulia.
Tiga tujuan mulia yang dimaksud adalah sakti, bukti, dan bakti.
Para pemuda penggerak organisasi ini menginginkan perubahan cara pandang pemuda dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Anggotanya adalah para pelajar dari perguruan dan sekolah-sekolah di Pulau Jawa dan Madura.
Kemudian, anggotanya bertambah lebih luas yaitu ditambah pelajar dari Pulau Bali dan Lombok.
Setelah itu, perkumpulan tersebut berganti nama menjadi Jong Java.
Perlu diketahui, ada berbagai pertemuan organisasi atau kongres yang diadakan untuk menyebarkan pentingnya peran pemuda di Indonesia.
Organisasi ini berusaha memberantas buta huruf agar pemuda Indonesia bisa bebas melihat dunia dengan membaca.
Sebelumya adanya Organisasi Tri Koro Dharmo, terdapat organisasi dengan nama Perhimpunan Indonesia.
Perhimpunan Indonesia ini beranggotakan pelajar Indonesia yang ada di Belanda.
Kemudian pada 1913, beberapa tokoh seperti Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat masuk ke dalam organisasi Perhimpunan Indonesia.
Perhimpunan ini juga mulai berperan aktif untuk kemerdekaan Indonesia.
Tokoh lain yang juga menjadi anggota Perhimpunan Indonesia adalah Sultan Sjahrir dan Mohammad Hatta.
Persatuan Pemuda Tanah Air
Setelah Perhimpunan Indonesia pulang ke tanah air, para pemuda memiliki tujuan untuk mengurangi perpecahan di Indonesia.
Banyaknya perbedaan aneka suku bangsa dan agama yang ada di Indonesia menjadi penyebab dari perpecahan pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu, organisasi pemuda di Indonesia mulai tumbuh.
Beberapa organisasi pemuda tersebut di antaranya:
- Jong Batak;
- Jong Minahasa;
- Jong Celebes;
- Jong Ambon;
- Sekar Rukun;
- Jong Islaminten Bon;
- Pemuda Kaum Betawi;
- Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia.
Para pemuda pun ingin bersatu demi Indonesia merdeka.
Hal ini dikarenakan para pemuda ingin berkumpul dalam sebuah musyawarah besar.
Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda I diadakan pada 30 April-2 Mei 1926.
Saat itu, para pemuda masih terbawa oleh kesukuannya masing-masing.
Para pemuda kemudian sadar apabila masih mengedepankan kepentingannya sendiri-sendiri, maka akan mempersulit persatuan Indonesia untuk melawan penjajah.
Kongres Pemuda II
Kongres Pemuda II diadakan pada 27-28 Oktober 1928.
Para pemuda mulai bersatu dengan perasaan bangga sebagai anak Bangsa Indonesia.
Saat itu, kepanitiaan kongres ini juga berasal dari berbagai perkumpulan.
Pemuda dari berbagai organisasi daerah berkumpul di Batavia membuat kesepakatan bersama untuk bersatu.
Kesepakatan bersama untuk bersatu itu kemudian dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Dikutip dari museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id, gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).
PPPI adalah sebuah organisasi pemuda yang beranggotakan pelajar dari seluruh indonesia.
Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.
Kongres tersebut kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda.
Rapat Pertama, Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
Rapat pertama ini dilaksanakan pada Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.
Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara kemudian dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.
Menurut Moehammad Jamin, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, di antaranya:
- Sejarah;
- Bahasa;
- Hukum adat;
- Pendidikan;
- Kemauan.
Rapat Kedua, Gedung Oost-Java Bioscoop
Rapat kedua ini dilaksanakan pada Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop.
Dalam rapat kedua ini membahas mengenai masalah pendidikan.
Kedua pembicara pada rapat kedua ini adalah Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro.
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan.
Selain itu juga harus ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah maupun di rumah.
Anak juga harus dididik secara demokratis.
Rapat Ketiga, Gedung Indonesische Clubhuis Kramat
Pada sesi berikutnya, Soenario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.
Sedangkan Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional.
Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri.
Hal-hal tersebut dinilai akan dibutuhkan dalam perjuangan.
Kemudian, sebelum kongres ditutup, lagu Indonesia karya Wage Rudolf Supratman diperdengarkan.
Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres.
Kongres ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres.
Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia, yang berbunyi :
1. Pertama, Kami Putera dan Puteri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah yang Satu, Tanah Indonesia.
2. Kedua, Kami putera dan Puteri Indonesia Mengaku Berbangsa yang Satu, Bangsa Indonesia.
3. Ketiga, Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)