Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Stunting masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia hingga saat ini.
Indonesia memiliki target menurunkan pervalensi angka stunting hingga 14 persen pada tahun 2024.
Sejauh ini, angka penurunan stunting di Indonesia sebelum dan pada saat pandemi masih belum signifikan.
Hal ini diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.
Ia mengungkapkan pada evaluasi terakhir, angka stunting turun sedikit di masa pandemi ini.
Sebelum pandemi, angka stunting berada pada 27,67 persen.
"Sekarang evaluasi terakhir Kementerian Kesehatan, angka stunting masih 26,9 persen. Itu evaluasi terakhir jadi masa pandemi memang menghambat penurunan. Sehingga penurunan sedikit," ungkap Hasto Wardoyo dalam Live Talkshow Tribunnews.com, Jumat (29/10/2021).
Baca juga: Menko PMK Minta Riset Perguruan Tinggi Dimanfaatkan untuk Pengentasan Stunting
Menurut dia, selama pandemi, banyak bayi dan balita yang sakit.
Angka kematian bayi dan balita meningkat pada tahun 2020-2021 jika dibandingkan pada 2019.
Penyakit, otomatis menyebabkan stunting.
"Kalau anak sering sakit-sakitan otomatis mudah menjadi stunting, karena penyakit menjadi sumber stunting dua," katanya.
Baca juga: Pentingnya Pengetahuan Pemenuhan Gizi pada Keluarga untuk Cegah Stunting
Hasto pun menyebutkan ada dua hal yang menyebabkan stunting.
Pertama, kondisi kesehatan yang tidak optimal.
Kedua, asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh tidak optimal.