TRIBUNNEWS.COM - Bulan Oktober ini beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Pada periode peralihan musim ini, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang.
Meskipun periodenya singkat, tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan peringatan dini mengenai datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini.
Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Minggu, 31 Oktober 2021: Yogyakarta dan 7 Kota Lain Berpotensi Hujan Petir
Baca juga: Prakiraan Tinggi Gelombang BMKG Sabtu, 30 Oktober 2021: 19 Wilayah Perairan Capai 2,5-4 Meter
Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan masyarakat harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diperkirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah - sedang, setidaknya hingga Februari 2022.
La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dengan tahun 2020 dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 - 70% di atas normalnya.
La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.
Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.
Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.
Sementara itu Plt. Deputi Bidang Klimatologi, Urip Haryoko, menambahkan berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan.
Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, sebagian besar Sumtera Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian selatan.
Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di bulan Agustus (26/8/2021) yang lalu bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia, akan maju lebih dini mulai Oktober.
(Tribunnews.com/Widya)