TRIBUNNEWS.COM - Fenomena La Nina diprediksi terjadi akhir tahun hingga Februari 2022 dan musim hujan maju mulai Oktober.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyampaikan peringatan dini datangnya La Nina menjelang akhir tahun ini.
Hal ini sekaligus mengingatkan bagi masyarakat untuk tetap waspada.
Saat ini, nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina dengan nilai anomali sebesar -0,61 pada Dasarian I Oktober 2021.
Hal tersebut berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.
Baca juga: Antisipasi Dampak La Nina, Mensos Risma Ajak Warga di Tepian Sungai Kapuas Siaga
Masyarakat harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 dikarenakan kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang.
Fenomena La Nina ini diprakirakan akan berlangsung hingga Februari 2022 dengan intensitas lemah - sedang.
Berdasarkan kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari.
Peningkatan curah hujan akan terjadi terutama di beberapa wilayah berikut:
- Sumatra bagian selatan;
- Jawa;
- Bali hingga NTT;
- Kalimantan bagian selatan;
- Sulawesi bagian selatan.
Oleh karena itu, La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 hingga 70 persen di atas normalnya.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi.
Adanya potensi lanjutan dari curah hujan tinggi dapat berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Baca juga: Kementan Rumuskan Program Aksi Adaptasi Antisipasi Dampak La Nina
Selain itu, Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan.
Tidak hanya itu, melainkan juga melakukan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti:
- Banjir;
- Longsor;
- Banjir bandang;
- Angin kencang atau puting beliung;
- Atau terjadinya badai tropis.
Sementara itu, Plt. Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022.
Hasil monitoring perkembangan musim hujan menunjukkan wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan dengan persentase 19,3 persen.
Kemudian, terdapat beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan, di antaranya:
- Wilayah Aceh bagian tengah;
- Sumatra Utara;
- Sebagian besar Riau;
- Sumatra Barat;
- Jambi;
- Sebagian besar Sumtera Selatan;
- Lampung bagian barat;
- Banten bagian timur;
- Jawa Barat bagian selatan;
- Jawa Tengah bagian barat;
- Sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan;
- Sebagian Bali;
- Kalimantan Utara;
- Sebagian besar Kalimantan Timur;
- Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur;
- Kalimantan tengah bagian timur;
- Pulau Taliabu;
- Pulau Seram bagian selatan.
Hal ini menunjukkan, adanya kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia akan maju lebih dini mulai Oktober.
Prediksi prakiraan awal musim hujan ini juga sudah disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di bulan Agustus (26/8/2021) lalu.
Selain itu, BMKG juga telah memprakirakan sebagian wilayah Indonesia akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini, di antaranya:
- Wilayah Aceh bagian timur;
- Riau bagian tenggara;
- Jambi bagian barat;
- Sumatra Selatan bagian tenggara;
- Bangka Belitung;
- Banten bagian barat;
- Jawa Barat bagian tengah;
- Jawa Tengah bagian barat dan tengah;
- Sebagian DI Yogyakarta;
- Sebagian kecil Jawa Timur;
- Kalimantan Tengah bagian timur;
- Kalimantan Selatan;
- Kalimantan Timur;
- Kalimantan Utara.
Kemudian, beberapa wilayah Indonesia lainnya akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan.
Secara umum, sampai dengan bulan November 2021 nanti diprakirakan 87,7 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.
Selanjutnya, BMKG memprakirakan 96,8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan pada akhir bulan Desember 2021.
Perlu dicermati juga bahwa bulan Oktober ini ada beberapa wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim, dari musim kemarau ke musim hujan.
Beberapa wilayah tersebut antara lain di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Pada periode peralihan musim ini, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, dan angin kencang.
Meskipun periodenya singkat, tetapi fenomena tersebut sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
Selain wilayah-wilayah yang berpotensi banjir dan longsor, kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini harus lebih ditingkatkan lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.
(Tribunnews.com/Katarina Retri)
Artikel lainnya terkait BMKG