News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Pahlawan

Profil Ahmad Yani: Sang Jenderal Penumpas Gerakan DI/TII, Dianugerahi Pahlawan Revolusi

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Berikut adalah profil dari Jenderal Ahmad Yani yang menumpas gerakan DI/TII dan PKI serta digelari Pahlawan Revolusi

TRIBUNNEWS.COM - Berikut adalah profil Jenderal Ahmad Yani yang merupakan penumpas dari gerakan DI/TII serta harus gugur dalam peristiwa G30S dan digelari Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965.

Ahmad Yani dilahirkan di Jenar, Purworejo pada 19 Juni 1922 sebagai putra tertua dari Sarjo bin Suharyo dan Murtini.

Pada masa kecilnya Ahmad Yani sudah senang bermain perang-perangan dan mobil-mobilan serta menjadi pemimpin dari kawan-kawannya di kampung.

Lalu pada suatu hari Ahmad Yani memerintahkan teman-temannya untuk menangkap seekor kerbau liar yang selalu menyerang setiap ada orang yang lewat.

Baca juga: Google Doodle Hari Pahlawan 2021: Mengenang Ismail Marzuki, Ini Profil dan Karya-karyanya

Baca juga: DAFTAR 15 Pahlawan Wanita Indonesia: Ada yang Tuli Seumur Hidup akibat Ditahan & Perang saat Remaja

Dengan memanjat pohon, Ahmad Yani mengkomandoi kawannya untuk menangkap dan akhirnya berhasil.

Ketenangan dari Ahmad Yani tersebut menarik perhatian majikan ayahnya yang berasal dari Belanda, Hulstyn dan akhirnya diambil lalu diasuhnya.

Ahmad Yani pun selama berada di tempat tinggalnya selalu diceritakan mitos terkait masa perjuangan Pangeran Diponegoro.

Selain itu daerah tempat tinggal Ahmad Yani memang merupakan lokasi di mana Diponegoro melakukan serangan gerilya terhadap Belanda.

Cerita tersebut pun diterima oleh Ahmad Yani dan ternyata mempengaruhi wataknya.

Dikutip dari sejarah-tni.mil.id, Hulstyn pun memasukkan Ahmad Yani ke Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Purworejo.

Pendidikannya tersebut ditempuh di tiga tempat yaitu kelas III HIS di Magelang serta kelas IV hingga tamat berada di Bogor.

Setelah menamatkan sekolahnya di HIS pada 1935, ia meneruskan pendidikannya di MULO bagian B di Bogor dan tamat pada 1938.

Ahmad Yani pun berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Algemeene Middelbare School (AMS) bagian B di Jakarta.

Masuk Pendidikan Militer

Jenderal Ahmad Yani saat berpidato

Ahmad Yani yang sebelumnya bersekolah di AMS harus meninggalkannya pada tahun 1940 karena pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milkisi untuk menghadapi menjalarnya perang akibat dari adanya Perang Dunia II.

Dirinya pun selanjutnya mendaftarkan sebagai aspirant pada Dinas Topografi Militer.

Pendidikannya pun ditempuh di Malang dalam waktu enam bulan.

Pada pertengahan tahun 1941, dirinya ditugaskan di Bandung dengan pangkat Sersan Cadangan Bagian Topografi.

Atasannya pun melihat adanya bakat militer pada Ahmad Yani sehingga ia dikirimkan ke Bogor untuk mengikuti pendidikan militer secara intensif pada akhir tahun 1941.

Perang pertama yang diikuti Ahmad Yani ketika adanya pertempuran di Ciater, Lembang ketika membantu Angkatan Perang Belanda menahan serangan pasukan Jepang.

Akibatnya Ahmad Yani pun ditahan dan ditempatkan di kamp tawanan di Cimahi.

Setelah itu Yani kembali ke kampung halamannya setelah dibebaskan melalui beberapa kali pemeriksaan.

Pada tahun 1942, Ahmad Yani menganggur tetapi di awal tahun 1943, dirinya mendaftarkan diri untuk menjadi juru bahasa (Cuyaku).

Kehadiran Ahmad Yani pun dilirik oleh seorang perwira Jepang, Obata karena dirasa memiliki bakat militer tinggi.

Obata pun mengusulkan Ahmad Yani untuk mengikuti pendidikan militer untuk heiho di kota Magelang.

Dirinya pun lulus dengan mudah dan selanjutnya dikirim ke Bogor untuk mengikuti pendidikan Syodanco pada Boei Giyugun Kambu Renseitai.

Lalu selama empat bulan menempuh pendidikan di Bogor, dirinya pun dinobatkan sebagai siswa terbaik dan dihadiahi sebilah pedang samurai berbentuk istimewa yang dihadiahkan kepadanya.

Setelah itu ia kembali ke Magelang dan mulai Januari 1944 menjalani dinas aktif sebagai Komandan Dai Ici Syodan Dai San Cudan dari Dai Ni Daidan (Komandan Seksi I Kompi III Batalyon II).

Kemudian pada 5 Desember 1944, ia menikahi Bandiah Yayu Rulia yang dulu pernah menjadi guru mengetiknya dan dianugerahi delapan anak.

Pengabdian Ahmad Yani

Saat Peta dibubarkan dua hari setelah proklamasi maka otomatis kesatuan dari Ahmad Yani pun juga harus bubar.

Dirinya pun berusaha untuk kembali mengumpulkan anak buahnya yang sudah tercerai berai tersebut dan usahanya pun tidak sia-sian karena berhasil mengumpulkan anak buahnya sebesar satu batalyon.

Dengan kekuatan pasukannya tersebut, jasa pertamanya adalah ketika adanya peristiwa Tidar di kota Magelang pada 24 September 1945.

Peristiwa tersebut diawali dengan beberapa pemuda Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di puncak bukit kecil itu.

Namun bendera tersebut kemudian diturunkan oleh Jepang dan menyebabkan adanya bentrok fisik.

Jasa Ahmad Yani dan pasukannya adalah ketika ikut untuk melakukan pelucutan senjata terhadap Nakamura Butai serta di hotel Nitaka yang saat itu menjadi tempat tinggal utama Jepang di kota Magelang.

Singkat cerita, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pun telah terbentuk dan pasukan Ahmad Yani dijadikan Batalyon 4 dan dirinya diangkat menjadi komandan batalyon dengan pangkat Mayor.

Organisasi TKR pun berkembang dan berubah namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakya lalu Tentara Republik Indonesia (TRI) dan akhirnya menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga sekarang.

Jasa pasukan Ahmad Yani pun berlanjut ketika mendapat tugas menghambat gerakan Belanda dari Semarang ke arah selatan.

Walaupun secara keseluruhan Belanda dapat merebut beberapa front tetapi pasukan Yani berhasil menang di pertempuran Pingit.

Pingit pun dijadikan garis demarkasi antara daerah yang dikuasai Belanda dengan yang dikuasai RI.

Lalu pangkatnya pun dinaikkan menjadi Letnan Kolonel.

Kepemimpinannya pun diperluas dari batalyon menjadi brigade dan diberi nama Brigade Diponegoro dari Divisi III yang membawahi Batalyon Suryosumpeno, Daryatmo, dan Panuju.

Jabatan yang baru dipegangnya tersebut langsung mendapat ujian yaitu adanya pemberontakan PKI di sekitar Grobogan, Purwodadi.

Batalyon Suryosumpeno pun ditugaskan dan berhasil menumpas pemberontakan tersebut.

Belum sempat beristirahat, Ahmad Yani pun harus mengemban tugas yang lebih berat yaitu Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.

Singkat cerita pasukan Belanda berhasil ditumpas dengan taktik gerilya yang direncanakan oleh Panglima Besar Soedirman.

Ahmad Yani berperan sebagai komandan Wehrkreise atau WK II yang merupakan daerah militer di mana wilayah yang diembannya meliputi Kedu.

Beberapa batalyon pun ditempatkan di bawah kekuasannya dan harus menghadapi Brigade Victoria pimpinan Letnan Kolonel Van Zanton yang terkenal kejam.

Pasukan Belanda pun akhirnya dapat ditumpas bahkan dipaksa untuk mundur.

Pengabdian Terhadap Negeri

Setelah perang Kemerdekaan, tugas Ahmad Yani belum selesai.

Dirinya harus menghadapi gerombolan DI/TII, gerombolan Kyai Somolangu di Kebumen, serta pemberontakan Batalyon 426 pimpinan Mayor Munawar dan Kapten Alip.

Pasukan Yani yang memiliki nama baru yakni Brigade Q Praloga I tersebut ditugasi untuk menumpas gerombolan tersebut.

Terkait penumpasan DI/TII, dirinya melatih dua kompi yakni Kompi Yasir dan Kompi Pujadi di Purworejo.

Baca juga: Hari Pahlawan, Barikade 98 Minta Presiden Beri Gelar Pahlawan Nasional kepada 4 Pejuang Reformasi

Unsur utama dari pasukan itu ialah serangan pendadakan dan serangan dengan cara tersebut berhasil memperkecil daerah DI/TII.

Pengalaman tersebut pun membuat Yani menggagas batalyon Raiders sebagai pasukan inti dan direalisasikan pada 25 Maret 1953 yang dikomandoi oleh Kapten Hardoyo.

Akibatnya gerombolan DI/TII pun berhasil ditumpas.

Gugur Dalam Peristiwwa G30S, Dianugerahi Pahlawan Revolusi

Ahmad Yani pun pada saat itu telah menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat ketika situasi politik Tanah Air didominasi oleh PKI.

Dirinya pun berada dalam kegalauan karena di lain sisi dirinya harus patuh terhadap Presiden sebagai Panglima Tertinggi namun di pihak lain, ia tidak dapat menutupi antipatinya terhadap PKI.

Lalu akhirnya rongrongan PKI dirasakan di dalam tubuh Angkatan Darat.

Angkatan Darat dituduh isu tidak benar seperti Dewan Jenderal dan Dokumen Gillchrist yang disebarluaskan ke masyarakat.

Dewan tersebut diisukan dipimpin oleh Ahmad Yani untuk menilai kebijaksanaan politik Presiden.

Sedangkan dalam Dokumen Gillchrist disebutkan keterlibatan Angkatan Darat dalam rencana serangan salah satu negara asing ke Indonesia.

Akibatnya PKI melalui Presiden membentuk Angkatan Kelima yang berisi buruh dan tani untuk dipersenjatai.

Ahmad Yani pun menolak rencana Presiden tersebut.

Bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI pun terjadi dan puncaknya adalah pemberotakan yang dikenal dengan nama G30S/PKI pada 30 September 1965.

Singkat cerita sasaran penculikan pun dilakukan terhadap pejabat-pejabat tinggi Angkatan Darat termasuk Jenderal Ahmad Yani.

Pada 1 Oktober 1965 pukul 05.00 WIB, pasukan Cakrabirawa yang merupakan pasukan pengawal Presiden mendatangi rumah Ahmad Yani.

Pasukan tersebut pun berbicara kepada Ahmad Yani untuk menemui Presiden namun dirinya ijin terlebih dahulu untuk mandi.

Namun pasukan tersebut memaksanya untuk tidak usah mandi dan langsung saja menemui Presiden.

Ahmad Yani pun marah dan memukul salah satu prajurit tersebut.

Nahas, ketika Ahmad Yani berbalik badan dan memasuki kamar tidurnya kembali, ia diberondong tembakan dari pasukan Cakrabirawa dan tewas seketika.

Jenazahnya pun diseret dan dilemparkan ke atas sebuah truk.

Lalu jasad Ahmad Yani dimasukkan ke sebuah sumur di Lubang Buaya dan ditemukan pada 3 Oktober 1965.

Setelah itu seluruh jasad dari seluruh korban dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada Ulang Tahun ke-20 ABRI.

Untuk Jenderal Ahmad Yani sendiri memiliki 13 buah tanda jasa berkat pengabdiannya kepada negara.

Setelah gugurnya, Pemerintah Indonesia pun menganugerahkan kepadanya gelar Pahlawan Revolusi pada 5 Oktober 1965.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Hari Pahlawan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini