Tapi di balik pernyataan itu, tentu ada maksud dan tujuan politik.
"Tentu Golkar tidak memberikan cek kosong jika Golkar mendukung Ganjar pada pilpres 2024. Golkar tentu memiliki kepentingan untuk mengegolkan agendanya, antara lain mengajukan Airlangga Hartarto ketua umum Golkar sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Ganjar," ujar Karyono.
Karyono pun menyebut, jika pada konteks itulah yang menjadi titik krusial. Karena belum tentu tercapai kesepakatan.
"Saya duga tidak hanya Golkar yang menerima Ganjar dalam konfigurasi capres 2024. Sejumlah partai mungkin saja akan menerima Ganjar sebagai capres, tetapi lagi-lagi persoalannya tidak semudah membalikkan tangan," kata Karyono.
Apalagi, lanjutnya, masih banyak irisan politik yang menjadi pertimbangan, serta banyak hambatan untuk mencapai deal politik antara kepentingan partai dengan Ganjar.
Belum lagi sikap PDI Perjuangan masih belum bisa ditebak terkait soal capres.
Oleh karena itu, pernyataan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Nurdin Halid tersebut masih sebatas wacana karena pergulatan politik masih sangat dinamis. Sehingga masih memungkinkan terjadi perubahan konstelasi politik dalam kontestasi pilpres 2024 nanti.
"Formasi pasangan capres dan peta koalisi hingga saat ini masih sumir. Ibarat puzzle masih belum terlihat gambar yang utuh dan jelas," terang Karyono.
Sumber: Kompas.TV/Tribunnews.com