Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perubahan iklim dan kesehatan masyarakat adalah hal yang saling berkaitan.
Seperti yang disampaikan Ahli Paru yang juga Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama.
Ia mengatakan, climate change atau perubahan iklim memiliki dampak pada kesehatan yang cukup luas.
Alasannya, terjadi ketidakseimbangan alam yang mengakibatkan penyakit tertentu.
Seperti penipisan lapisan ozon di stratosfer dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kulit.
"Peningkatan temperatur akibat perubahan iklim dapat meningkatkan konsentrasi ozon permukaan yang merupakan salah satu pencemar udara utama yang dapat menyebabkan penyakit pernafasan," ujar Prof Tjandra saat dikonfirmasi, Jumat (19/11/2021).
Baca juga: Lampaui Target WHO, Vaksinasi Covid-19 Indonesia Tetap Dipercepat
Selain itu, kehilangan keanekaragaman hayati dapat menyebabkan langkanya bahan baku obat dari tumbuhan.
Degradasi lahan dan perubahan fungsi ekosistem dapat menyebabkan perubahan penyebaran vektor penyakit.
"Penurunan sumber daya air menyebabkan akses yang terbatas terhadap air bersih dan sanitasi yang sehat," ungkap ahli paru ini.
Karena itu, ada tiga langkah yang dapat dilakukan sebagai antisipasi.
Baca juga: WHO Peringatkan Soal Kekurangan 2 Miliar Jarum Suntik untuk Vaksin Covid-19
Pertama, kajian kerentanan dan penilaian risiko sektor kesehatan akibat perubahan iklim.
Kedua, kajian hubungan antara perubahan iklim dengan perkembangan penyakit bawaan air, penyakit bawaan vektor, penyakit bawaan udara, bencana dan kecelakaan, dan penyakit tidak menular.
"Serta juga perlu upaya untuk memperkuat sistem kewaspadaan dini dan tanggap darurat terhadap bencana di masyarakat," ujar dia.