News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sosok Faye Simanjuntak, Ayahnya Disebut-sebut akan Jadi Pangkostrad Baru, Aktivis sejak SD

Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Faye Simanjuntak, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak, dan Paulina Pandjaitan.

TRIBUNNEWS.COM - Sosok Faye Hasian Simanjuntak, putri Panglima Kodam IX/Udayana, Mayjen TNI Maruli Simanjuntak.

Seperti diketahui, ayah Faye disebut-sebut akan menjadi Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) baru menggantikan Jenderal Dudung Abdurachman yang pada Rabu (17/11/2021) kemarin dilantik sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Kendati demikian, baik Dudung maupun Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, mengatakan sosok Pangkostrad baru merupakan keputusan Presiden.

Tak kalah dari sang ayah, sosok Faye Simanjuntak juga cukup menonjol di usianya yang masih muda.

Di usianya yang ke-18, ia masuk dalam jajaran 30 Under 30 2020 majalah Forbes Indonesia.

Baca juga: Isu Menantu Luhut, Mayjen Maruli Simanjuntak Jadi Pangkostrad Baru, Berikut Profilnya

Baca juga: 2 Sumber Kekayaan Terbesar Mayjen Maruli Simanjuntak, Menantu Luhut yang Diisukan Jadi Pangkostrad

Lantas, siapakah Faye Hasian Simanjuntak?

Profil Faye Simanjuntak

Faye Hasian Simanjuntak cucu tertua Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dinobatkan sebagai orang paling berpengaruh Under 30 versi Forbes Indonesia. (Forbes Indonesia)

Faye Simanjutak merupakan cucu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Lahir pada 10 April 2002, ia adalah putri tunggal Mayjen Maruli Simanjuntak dan Paulina Pandjaitan.

Mengutip situs resmi Rumah Faye, ia memiliki motto hidup, "Melayani Tuhan dengan menghargai dan menolong sesama."

Berangkat dari motto tersebut, Faye bersama sang ibu mendirikan organisasi nonprofit, Rumah Faye, ketika usianya masih 11 tahun.

Rumah Faye didirikan dengan tujuan memberikan kesadaran pada masyarakat soal perdagangan anak.

Selain itu, organisasi ini juga menyediakan rumah penampungan, yang alamatnya dirahasiakan, bagi anak-anak korban perdagangan dan kekerasan.

Selama berada di rumah penampungan, anak-anak yang diselamatkan akan mendapatkan pendampingan hukum, konseling, hingga pelatihan.

Pada 2019 lalu, Faye pernah muncul dalam acara Generation Change milik MTV Asia.

Baca juga: Bertugas di Bali, Ini Sederet Capaian Mayjen TNI Maruli Simanjuntak yang Dikabarkan Jadi Pangkostrad

Baca juga: Siapa Sosok Pangkostrad yang Baru, Ini Kata KSAD Jenderal Dudung

Dalam acara itu, Faye berbicara mengenai alasan ia mendirikan Rumah Faye.

Saat masih duduk di bangku SD, Faye mendapat tugas sekolah dan ia menemukan kata traffic.

Ia pun mencari arti kata itu sepulang sekolah, dan terkejut ketika menemukan fakta bahwa banyak anak-anak di Indonesia seusianya menjadi korban eksploitasi, juga perdagangan.

"Saat itu aku kelas lima atau enam SD, dan (dapat) pekerjaan sekolah. Aku lihat sebuah daftar dan menemukan kata traffic," ungkapnya dalam wawancara bersama MTV Asia pada Desember 2019.

"Aku pulang dan mencari artinya. Dengan penuh kesadaran, muncul rasa tidak percaya, (perdagangan anak) terjadi di negaraku sendiri."

"Jadi, aku mencoba mengambil tindakan," imbuhnya.

Sebelum mendirikan organisasi itu, Faye kecil sudah memiliki rasa kepedulian yang tinggi.

Di tahun 2010, ia berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp96 juta untuk menolong anak-anak panti asuhan Griya Kasih Victory yang menjadi korban erupsi Gunung Merapi.

Uang itu digunakan untuk membangun rumah baru bagi anak-anak panti tersebut.

Apa yang dilakukan Faye tak lepas dari peran keluarganya.

Baca juga: Tokoh Muda NU Nilai Jenderal Andika Perkasa dan Jenderal Dudung Abdurahman Sebagai Benteng NKRI

Baca juga: KSAD Jenderal Dudung Abdurachman Ungkap Pesan Jokowi

Ia mengungkapkan keluarganya selalu menekankan memberi dan membalas budi pada sesama.

"Aku tumbuh di keluarga yang menekankan membalas budi," katanya.

Punya Segudang Pengalaman

Meski masih berusia belia, Faye Simanjuntak punya banyak pengalaman di berbagai bidang.

Gadis yang tengah menempuh studi di Georgetown University Walsh School of Foreign Service ini pernah bergabung dengan UNESCO sebagai peneliti muda pada Oktober 2020 hingga Juli 2021.

Berdasarkan informasi di LinkedIn-nya, berikut ini riwayat pengalaman Faye:

1. Pendiri Rumah Faye (Oktober 2013-sekarang);

2. Co-Founder What Is Up, Indonesia? (WIUI) (Agustus 2020-sekarang);

3. Young Leader di Women Deliver (Mei 2020-sekarang);

4. Marketing Intern di East Ventures (Agustus-November 2021);

Baca juga: Saat Presiden Jokowi Tepuk Bahu Jenderal Dudung Abdurachman Sebanyak 3 Kali

Baca juga: Ini Saran Pengamat untuk Letjen Dudung yang Baru Saja Dilantik Jadi KSAD

5. Youth Researcher di UNESCO (Oktober 2020-Juli 2021);

6. Consultant di Hilltop Consultant (Agustus-Desember 2020);

7. Writer: Indo-Asia-Pacifid fi The Caravel (Agustus-Desember 2020);

8. Editorial Assistant di Georgetown Journal of International Affairs (Agustus-Desember 2020).

Prestasinya Tak Tanggung-tanggung

Faye Simanjuntak (berambut panjang dan berkaus hitam) bersama sang ayah, Mayjen Maruli Simanjuntak. (MTV Asia)

Pada Februari 2020, Faye Simanjuntak masuk majalah Forbes Indonesia dalam kategori 30 Under 30.

Prestasi tersebut diraih Faye atas kontribusinya pada dunia anak lewat organisasi yang ia dirikan, Rumah Faye.

Pencapaian Faye tersebut tentu saja membuat sang kakek, Luhut Binsar Pandjaitan, bangga.

Hal ini pernah diungkapkan Luhut lewat Instagram pribadinya.

"Suatu kebanggaan tersendiri untuk saya sebagai kakek dari seorang perempuan belia bernama Faye, yang mendedikasikan cita-cita hidupnya untuk membuat sebuah 'Rumah' perlindungan bagi anak-anak dari bahaya kejahatan perdagangan manusia dan kekerasan seksual," tulis Luhut di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, Sabtu (22/2/2020), dikutip Kompas.com.

Tak hanya itu, di tahun 2018, Faye pernah masuk dalam daftar 50 Asians to Watch dari media The Straits Time untuk kategori Sektor Publik dan Sosial.

Namanya bersanding dengan orang-orang hebat Asia lainnya, seperti Menteri Luar Negeri Korea Selatan saat itu, Kang Kyung Wha.

Pada November 2017, Faye diumumkan sebagai satu dari tiga finalis teratas untuk kategori International Children’s Peace Prize dalam Nobel Peace Prize Laureate Desmond Tutu.

Termasuk yang di atas, sejauh ini Faye sudah mendapatkan enam penghargaan, baik nasional dan internasional, atas keaktifannya memerangi perdagangan anak.

Enam penghargaan itu adalah 30 and Under: Young Asians to Watch,  Gen. T Leader of Tomorrow,  Forbes Indonesia 30 Under 30, 50 Asians to Watch, Forbes Indonesia Most Inspiring Women, dan International Children's Peace Prize.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Ade Miranti Karunia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini