TRIBUNNEWS.COM - Badan Intelijen Negara (BIN) dinilai kecolongan soal pertemuan tersangka kasus dugaan terorisme, Farid Okbah, dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta pada Juni 2020 silam.
Hal ini disampaikan kuasa hukum Farid, Ismar Syafruddin.
Seperti diketahui, Farid yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) pernah berkunjung ke Istana Negara untuk bertemu Jokowi.
Momen pertemuan dengan Jokowi tersebut diunggah Farid di akun Instagram pribadinya, @faridokbah_official.
Kedatangan Farid bersama lima kader PDRI lainnya untuk meminta Jokowi agar mencabut RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) dan membangun pasar-pasar Syariah.
Baca juga: Profil Tamliha yang Heran Tahu Farid Okbah Pernah Bertemu Jokowi, Sebut Bisa Jadi Persepsi Buruk
Baca juga: Profil Ustaz Farid Okbah yang Ditangkap Densus 88, Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia
Tak hanya itu, ia juga memberi nasihat pada Jokowi, yaitu tegakkan salat dan kebenaran, tegakkan keadilan, pilih orang yang tepat, basmi korupsi, serta pemerataan ekonomi agar tidak terjadi kesenjangan.
Nasihat Farid untuk Jokowi itu juga disinggung Ismar Syafruddin.
"Beliau diterima oleh Presiden. Beliau memberikan masukan, nasihat yang luar biasa kepada Presiden."
"Ada lima hal yang beliau sampaikan di sana (Istana Negara) dan saat itu (Presiden) sangat menghargai," kata Ismar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (18/11/2021), dikutip dari Kompas.com.
Terkait hal ini, Ismar menilai BIN telah kecolongan jika memang Farid terbukti seorang teroris.
Menurutnya, penangkapan terhadap Farid adalah hal yang kontradiktif.
Terlebih, selain bertemu Jokowi, Farid juga pernah menjadi pembicara di Baintelkam Polri.
"Kalau hal ini beliau terbukti sebagai salah seorang pelaku teroris, coba di mana muka teman-teman BIN?"
"Berarti kecolongan membiarkan seorang teroris masuk Istana. Sangat berbahaya ini, sangat kontradiktif," ujarnya.