News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dosen IPB: Bencana Hidrometeorologi Ekstrim Picu Gagal Panen Hingga Turunnya Tangkapan Ikan

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Bencana hidrometeorologi angin kencang mengakibatkan seorang warga meninggal dunia di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, Senin (3/8/2020). Seorang warga meninggal setelah tertimpa pohon yang tumbang akibat angin kencang.

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perubahan iklim telah memicu bencana hidrometeorologi ekstrim di sebagian besar wilayah Indonesia yang dapat memicu gagal panen hingga turunnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan.

Hal ini disampaikan Akhmad Faqih, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FMIPA IPB di diskusi terkait ancaman perubahan iklim yang diselenggarakan Partai Gelora pada Rabu (24/11/2021).

Ia berujar perubahan iklim telah mempengaruhi setiap wilayah berpenghuni di seluruh dunia, dengan pengaruh manusia berkontribusi pada banyak perubahan kejadian cuaca dan iklim ekstrem.

“Kalo bicara Indonesia, bencananya sebagian besar bencana hidrometeorologi yang merupakan turunan dari curah hujan, baik itu yang ekstrim basah atau kering,” kata Faqih.

Dosen IPB itu mengatakan berbicara perubahan iklim akan berkiblat dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

IPCC adalah lembaga yang melaporkan secara berkala perkembangan kondisi perubahan iklim lewat jurnal yang telah dikaji ribuan peneliti.

Berdasarkan kajian IPCC diawal tahun 2021, iklim dunia telah meningkat dimana manusia menjadi penyumbang kontribusi yang dominan dalam perubahan iklim.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Rabu, 24 November 2021: Waspada Siklon Tropis Paddy di Selatan Jateng

Faqih mengatakan, bicara pertanian banyak hal yang memicu terjadinya kejadian gagal panen, baik dari sisi banjir dan kekeringan.

Walaupun kalau dari kajian IPCC, secara regional di Asia Tenggara ada kecendrungan ada yang meningkat dan menurun.

Kalau melihat dari sejarah, bencana hidrometeorologi di Asia Tenggara disebabkan fenomena El Nino dan La Nina.

Misalnya dari faktor kekeringan dipengaruhi fenomena El Nino, dan ekstrim basah dipengaruhi La Nina seperti waktu belakangan.

Hal ini meningkatkan bencana hidrometeorologis di Indonesia.

“Kita mengalami kondisi La Nina tahun ini dan tahun lalu juga, yang itu cukup meningkatkan berbagai bencana hidrometeorologis yang ada di Indonesia. Banjir-banjir yang juga kita catat ada sebagian yang sebelumnya tidak ada,” ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini