TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Varian baru B.1.1.529 atau Omicron asal Afrika cukup meresahkan.
Hal ini dikarenakan varian tersebut dalam kategori kewaspadaan tertinggi, yaitu variant of concern (VOC).
Pemerintah pun menyatakan telah membuat beberapa strategi untuk menghadapi varian baru tersebut.
Baca juga: Varian B.1.1.529 atau Omicron Sudah Menyebar Lintas Benua, Berikut Negara Sebarannya
Di sisi lain, Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, mengungkapkan jika beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah telah tepat.
Namun ia menyarankan untuk tidak ada penutupan atau memblokade aktivitas karena dianggap kurang efektif.
"Kalau melihat begitu efektif cepat penularan ini, dan melihat juga apa yang terjadi varian Alpha, Beta, kemudian Delta, pemerintah menutup dan memblokade, itu tidak efektif," ungkapnya saat ditanyai Tribunnews, Sabtu (27/11/2021).
Baca juga: Varian Omicron Asal Afrika Selatan Dianggap Cukup Mengkhawatirkan, Berikut Tanggapan Pemerintah
Menurutnya yang harus dilakukan mencegah varian baru masuk, pertama adalah menguatkan sistim scanning pembatasan yang kuat, ketat dan konsisten.
Di sisi lain, Dicky menyebutkan jika masa karantina harus dilakukan selama tujuh hari.
Menurutnya saat ini banyak negara yang tidak disiplin perihal karantina.
"Saat ini secara umum tes PCR dilakukan pada kedatangan dan kepergian sudah benar. Tapi masa karantina jadi tarik ulur. Dengan adanya varian baru yang sangat serius ini, berpotensi menjadikan ledakan baru," kata Dicky lagi.