Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan upaya untuk memajukan kebudayaan sangat penting di tengah berbagai tantangan abad ke-21.
Muhadjir menyontohkan disrupsi teknologi informatika yang belum menyasar pada kepentingan konsolidasi kebudayaan nasional.
Serta pertukaran budaya yang timpang dalam tatanan global yang menjadikan Indonesia hanya sebagai konsumen budaya dunia.
"Pemerintah tentu sangat mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini. Karena sejalan dengan Undang-Undang No. 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia,” ujar Muhadjir melalui keterangan tertulis, Kamis (2/12/2021).
Muhadjir mengungkapkan upaya pemajuan budaya ini diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 87/2021 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 5/2017, yang menjelaskan bahwa proses pemajuan kebudayaan dilakukan melalui perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, pembinaan, dan penghargaan.
“Konferensi ini termasuk dalam pengembangan, utamanya dalam bidang pengkajian, penyebarluasan, dan pengayaan keberagaman, sebagai upaya untuk menghidupkan ekosistem kebudayaan serta meningkatkan, memperkaya, dan menyebarluaskan kebudayaan," ucap Muhadjir.
Baca juga: Harga Sewa Naik 50 Persen, Vila di Puncak Bogor Mulai Di-Booking untuk Libur Natal dan Tahun Baru
Sedangkan, pemanfaatan budaya, menurutnya, dapat dilakukan untuk membangun karakter bangsa, dan meningkatkan ketahanan budaya.
Lalu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk meningkatkan peran aktif dan pengaruh Indonesia dalam hubungan internasional.
Namun demikian, upaya-upaya pemajuan kebudayaan seperti yang diusahakan oleh Yayasan Kebudayaan Rancage selaku penyelenggara KIBS, juga harus dibarengi dengan semangat revolusi mental dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk para insan budaya dan akademisi.
“Kita kenal Urang Sunda seperti Ajib Rosidi, KH. Abdul Halim, KH. Noer Ali, KH. Zaenal Mustofa, dan Raden Dewi Sartika adalah pahlawan-pahlawan tauladan yang mengimplementasikan nilai-nilai revolusi mental, berbudaya dan bernegara secara arif bijaksana. Adalah akan sangat menyedihkan apabila anak cucu kita kelak tidak lagi mengenal mereka,” ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.