"Ya Tuhan terima kasih, tidak kena," ujar Ina, salah satu peserta saat sudah berada di halaman Kantor Bupati Ende.
Ina menuturkan, mereka asyik mengikuti talk show, karena materinya sangat menarik.
"Awalnya goyang kecil, tapi tiba - tiba kursi meja goyang semua, gemuruh, saya bangun langsung lari keluar," ungkapnya.
Sementara di Flores Timur, semua warga berhamburan keluar dari rumah, termasuk para pegawai yang sibuk bekerja di kantor.
Di Desa Sagu, Kecamatan Adonara, ratusan warga memilih mengungsi ke desa tetangga seperti, desa Nisa Nulan.
"Kami takut karena air laut mulai naik," ujar salah satu warga Desa Sagu.
Warga Kabupaten Sikka juga ramai-ramai mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Pihak gereja dan masjid telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak panik dan meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di dalam rumah pasca gempa.
Pantauan Tribun, warga Kabupaten Sikka pun berhenti melakukan aktivitas dan kota terlihat sepi karena warga yang telah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG) memang sempat mengeluarkan peringatan dini tsunami usai gempa 7,4 SR. Ancaman tsunami bisa terjadi di Flores Timur bagian utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara, dan Pulau Lembata.
Hasil monitoring alat pengukur muka air laut dari Badan Informasi Geospasial menunjukkan adanya kenaikan muka air laut setinggi 7 cm di Stasiun Badan Informasi Geospasial Stasiun Reo dan Stasiun Marapokot, NTT.
Namun peringatan tsunami tersebut kemudian berakhir sekitar pukul 11.30 WITA.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta pemerintah daerah untuk menyampaikan kepada masyarakat agar kembali ke tempatnya masing-masing.
"Peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir. Sehingga kami mohon, tadi bapak wakil gubernur dan bapak bupati kami sempat berdiskusi dengan beliau," ujar Dwikorita.