News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Diundang The Swedish Academy, Puisi Esai Akan Usulkan Nama Peraih Nobel Sastra

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Lingkaran Survei Indonesia Denny JA saat memaparkan hasil survei Partai Politik yang lolos pada pemilu serentak 2019 di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (18/4/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panitia Nobel sastra the Swedish Academy secara resmi mengundang Komunitas Puisi Esai.

Satu di antara kandidat penerima penghargaan dari Indonesia adalah Denny JA.

“Kami bersyukur, bulan Desember 2021 ini, komunitas puisi esai secara resmi diundang panitia Nobel sastra, the Swedish Academy, untuk mencalonkan sastrawan Indonesia,” ujar Koordinator Pelaksana Komunitas Puisi Esai Indonesia Irsyad Mohamad dalam keterangan tertulisnya pada Tribunnews.com, Senin (20/12/2021).

Dikatakan Irsyad, hingga saat ini, hadiah Nobel untuk sastra tetap menjadi puncak hadiah yang paling presitisius di dunia.

Sejak pertama kali hadiah Nobel untuk sastra dilakukan di tahun 1901, sudah 120 tahun lebih, belum ada sastrawan Indonesia, bahkan Asia Tenggara yang mendapatkan hadiah sastra itu.

Lebih sulit lagi karena, publik tak bisa mencalonkan kandidat untuk nobel sastra. Pencalonan publik atau siapapun secara otomatis didiskualifikasi.

Baca juga: Kumpulan Puisi untuk Ibu, dalam Memperingati Hari Ibu Nasional 22 Desember 2021

Hanya yang secara resmi diundang panitia nobel yang sah mencalonkan.

Panitia nobel memiliki kriteria sendiri siapa yang akan diundang untuk mencalonkan kandidat untuk nobel sastra.

Irsyad menduga empat hal yang membuat panitia nobel Swedia secara resmi mengundang komunitas puisi esai.

Pertama, Mereka menyadari bahwa Indonesia dan Asia Tenggara adalah wilayah yang juga kaya dengan dunia seni. Selama ini mungkin karena ada keterbatasan bahasa, wilayah ini belum pernah mendapatkan hadiah Nobel sastra.

"Kedua, komunitas puisi esai termasuk beruntung. Kami punya web yang lebih dari seratus karya puisi esai, dalam bentuk buku dan video yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Setidaknya, jika itu video atau film yang berdasarkan puisi esai, ada substitle bahasa Inggris."

"Swedish Academy, the Nobel Committee tanpa rintangan bahasa dapat membaca atau menonton puluhan karya puisi esai dalam bahasa Inggris," sambungnya.

Baca juga: 5 Zodiak yang Punya Bakat Menulis Puisi: Libra Pecinta Seni, Gemini Dapat Merayu dengan Kata-kata

Ketiga, puisi esai semakin diakui dunia sebagai genre baru puisi. Sangat jarang sekali tercipta genre baru dalam puisi. Puisi esai yang diciptakan Denny JA kini sudah masuk dalam Kamus resmi bahasa Indonesia.

Sudah terbentuk pula komunitas puisi esai ASEAN berpusat di Malaysia. Datuk Jasni Matlani yang menjadi presiden komunitas puisi esai ASEAN.

Keempat, yang unik, terutama dalam karya puisi esai Denny JA, ia menyuarakan isu hak asasi manusia di kawasan negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia yakni Indonesia. Puisi esai tak hanya seksi dari sisi genre baru, tapi juga pesan hak asasi manusia.

"Komunitas puisi esai segera bersidang memutuskan siapa yang dicalonkan. Sejauh ini Denny JA calon yang paling kuat," ucap Irsyad.

Jika akhirnya Denny JA yang dicalonkan, maka Denny JA menjadi sastrawan Indonesia kedua yang pernah secara resmi dicalonkan dengan prosedur resmi melalui undangan panitia nobel, setelah Pramudya Ananta Toer.

Baca juga: 5 Puisi Guru untuk Memperingati Hari Guru Nasional yang Jatuh Hari Ini

Denny JA sendiri ketika diminta komentar soal kemungkinan dirinya resmi dicalonkan nobel sastra mewakili Indonesia, bahkan Asia Tenggara, tak ingin banyak berkomentar.

"Pencalonan nobel sastra bagus untuk diplomasi budaya Indonesia. Namun, saya berkarya karena saya mencintai gagasan, tidak berorientasi penghargaan," kata Denny. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini