Harapannya anak mampu memikul tanggung jawab dan mengambil peran dalam rangka tujuan penciptaan manusia, yakni menjadi khalifah di bumi dan beribadah kepada Allah," kata Juni.
Juni menjelaskan, dalam Kurikulum Aqil Baligh, kompetensi cerdas adalah di mana para siswa bisa memiliki logika berpikir yang baik, memiliki kemampuan problem solving yang andal serta punya keahlian khusus yang mampu dikembangkan untuk menunjang cita-cita dan tujuan hidupnya.
“Leadership adalah kemampuan untuk memimpin diri sendiri dan bagaimana melayani yang lainnya,” ucapnya.
Kompetensi ketiga yang tak kalah penting adalah membangun sisi spiritual siswa. '
Menurut Juni, siswa yang punya sisi spiritual baik akan mudah dalam menyongsong masa depan mereka.
Untuk itu, penguatan aqidah, akhlak serta ibadah ditekankan dalam kompetensi ini.
"Jadi spiritual dengan pemahaman yang kuat, bukan hanya menghafal," katanya.
Untuk bisa membantu siswa menentukan potensi mereka, Flexi School terlebih dahulu akan melakukan tes STIFIn.
Baca juga: DPR Nilai Jokowi Sukses Buka Akses Pendidikan hingga ke Pelosok Melalui Digitalisasi Pendidikan
Baca juga: Berhasil Membawa Perubahan Besar Digitalisasi Sekolah, Kebijakan Presiden Jokowi Diseminarkan
Hasil tes untuk mengetahui mesin kecerdasan masing-masing siswa sehingga dapat memetakan potensi dalam rangka strategi pembelajaran yang optimal. Sehingga Fasilitator kelas akan lebih mudah mengelola kelas dari hasil test STIFIn tersebut.
Untuk siswa di level Sekolah Dasar, pihak Flexi School akan banyak melakukan pendampingan dan mentoring pembelajaran dengan sistem belajar yang menyenangkan.
Sedangkan level SMP dan SMA akan banyak mentoring dan coaching terkait fase menuju kompetensi utama Kurikulum Aqil Baligh tersebut. Mereka juga akan banyak melakukan project.
"Di level SMP dan SMA ini siswa mengikuti pembelajaran di sekolah 3 hari dalam satu minggu bersama para fasilitator atau guru. Di luar hari sekolah siswa memiliki kesempatan untuk explore potensi dalam bentuk project yang menyenangkan bersama orang tua masing-masing.
Tujuan lain nya adalah untuk membangun bonding," ungkap Ratih Wulandari.
Terkait kurikulum, telah berkonsultasi dengan tim konsultan ahli yang concern pada perkembangan anak, sehingga sekolah mampu menurunkan kurikulum tersebut dalam bentuk program dan aktifitas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar. (*)