TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini pengertian fenomena ekuiluks.
Untuk diketahui, tiga ibukota provinsi di belahan utara Indonesia akan mengalami fenomena yang disebut Ekuiluks.
Tiga ibukota provinsi yang dimaksud adalah Tanjungselor (Kalimantan Utara) pada tanggal 27 Januari, Medan (Sumatera Utara) pada tanggal 10 Februari dan Banda Aceh (NAD) pada tanggal 25 Februari.
Baca juga: Benarkah Cuaca Dingin Saat Ini Karena Fenomena Aphelion? Berkut Penjelasan LAPAN dan BMKG
Baca juga: Fenomena Astronomis Januari 2022 Pekan Ketiga dan Keempat: Fase Bulan Purnama hingga Perige Bulan
Selain ketiga kota tersebut, masih ada 36 kota lainnya di lima provinsi berbeda yang juga akan mengalami ekuiluks sejak 20 Januari hingga 26 Februari mendatang.
Lantas, apa itu Ekuiluks?
Pengertian Ekuiluks
Berdasarkan Edukasi Sains Lapan, ekuiluks adalah fenomena astronomis ketika panjang siang tepat sama dengan panjang malam yakni 12 jam.
Tanggal terjadinya ekuiluks bergantung dengan lintang geografis pengamat.
Ekuiluks dapat terjadi beberapa hari, pekan bahkan beberapa bulan sebelum atau setelah ekuinoks.
Fenomena ekuiluks dapat terjadi dua kali dalam setahun
Fenomena ekuiloks ini akan terjadi kembali pada 15 Oktober (Sabang) hingga 18 November (Subulussalam) mendatang.
Berdasarkan artikel Edukasi Sains Lapan 23 September 2021, Ekuiluks dapat terjadi ketika solstis, dengan nilai deklinasi Matahari = kemiringan sumbu Bumi (=23°26′).
Dikarenakan deklinasi Matahari tidak mungkin melebihi kemiringan sumbu Bumi, maka kita dapat menentukan koordinat mana sajakah yang tidak memungkinkan terjadi ekuiluks.
Dengan memasukkan d = ±23°26′ ; maka b = ± 2°05,75′ atau ±2,1°. Sehingga, daerah yang terletak di antara 2,1°LU hingga 2,1°LS tidak akan mengalami ekuiluks.
Rentang koordinat ini memuat di dalamnya lintang 0° atau garis katulistiwa, sehingga garis katulistiwa tidak akan mengalami ekuiluks.
Untuk daerah yang terletak tepat di lintang 2,1°LU akan mengalami ekuiluks saat Solstis Desember (21 Desember) sedangkan daerah yang terletak tepat di lintang 2,1°LS akan mengalami ekuiluks saat Solstis Juni (21 Juni).
Ekuiluks Tidak Mungkin Terjadi ketika Ekuinoks
Dengan menggunakan persamaan ini, kita juga dapat mengetahui ekuiluks tidak dapat terjadi ketika ekuinoks.
Hal ini dikarenakan nilai ketinggian Matahari harus bernilai nol agar deklinasi Matahari juga bernilai nol.
Dengan kata lain, ekuiluks dapat terjadi ketika ekuinoks jika dan hanya jika Bumi (ataupun planet lainya) tidak memiliki atmosfer (sehingga tidak membuat ufuk tampak lebih rendah dari ufuk sejati karena pembiasan atmosfer), dan Matahari berukuran jauh lebih kecil dibandingkan saat ini secara visual (sehingga tidak memasukkan separo lebar sudut Matahari untuk penentuan waktu terbit/terbenam Matahari).
Daftar 36 Kota yang Akan mengalami Ekuiluks
Berdasarkan Edukasi Lapan, selain ketiga kota yang telah di sebutkan di awal tadi, masih ada 36 kota lainnya di lima provinsi berbeda yang juga akan mengalami ekuiluks sejak 20 Januari hingga 26 Februari mendatang, yakni sebagai berikut:
1. Subulussalam di NAD pada 20 Januari
2. Sidikalang di Sumatera Utara pada 24 Januari
3. Pulau Subi di Kepulauan Riau pada 28 Januari
4. Pematangsiantar di Sumatera Utara pada 29 Januari
5. Kisaran di Sumatera Utara pada 30 Januari
6. Tanjungbalai di Sumatera Utara pada 30 Januari
7. Kepulauan Anambas di Kepulauan Riau pada 31 Januari
8. Kabanjahe di Sumatera Utara pada 2 Februari
9. Berastagi di Sumatera pada 4 Februari
10. Tapaktuan di Sumatera Utara pada 5 Februari
11. Tebingtinggi di Sumatera Utara pada 6 Februari
12. Tarakan di Kalimantan Utara pada 6 Februari
13. Kutacane di NAD pada 9 Februari
14. Deli Serdang di Sumatera Utara pada 9 Februari
15. Tanjungmorawa di Sumatera Utara pada 9 Februari
16. Lubukpakam di Sumatera Utara pada 9 Februari
17. Binjai di Sumatera Utara pada 10 Februari
18. Tahuna di Sulawesi Utara pada 10 Februari
19. Blangpidie di NAD pada 12 Februari
20. Stabat di Sumatera Utara pada 12 Februari
21. Pulau Natuna di Kepulauan Riau pada 13 Februari
22. Pangkalanbrandan di Sumatera Utara pada 14 Februari
23. Blangkejeren di NAD pada 14 Februari
24. Melongguane di Sulawesi Utara pada 15 Februari
25. Meulaboh di NAD pada 16 Februari
26. Nunukan di Kalimantan Utara pada 17 Februari
27. Langsa di NAD pada 18 Februari
28. Takengon di NAD pada 20 Februari
29. Dampulis di Sulawesi Utara pada 21 Februari
30. Benermeriah di NAD pada 21 Februari
31. Lhoksumawe di NAD pada 23 Februari
32. Bireuen di NAD pada 23 Februari
33. Sigli di NAD pada 24 Februari
34. Jantho di NAD pada 24 Februari
35. Miangas di Sulawesi Utara pada 25 Februari
36. Sabang di NAD pada 26 Februari
(Tribunnews.com/Kristina Wulandari)
Baca juga artikel lainnya terkait fenomena