TRIBUNNEWS.COM - Hari ini 23 Januari adalah hari ulang tahun Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
Putri Presiden ke-1 RI Soekarno dan Fatmawati ini lahir pada 23 Januari 1947.
Ia dikenal sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan dan presiden wanita pertama Republik Indonesia dalam sejarah.
Kini genap berusia 75 tahun, Megawati memiliki kisah sejarah pemberian namanya oleh orang kepercayaan Bung Karno.
Baca juga: POPULER Nasional: Ratusan Advokat Bela Ubedilah Badrun | Deretan Perwira Tinggi TNI yang Dimutasi
Sosok Megawati sebagai tokoh negara juga telah melalui lika-liku perjuangan dalam karier politiknya.
Termasuk pernah tak diakui pemerintah Soeharto sebagai ketua umum PDI (sebelum PDIP).
Inilah fakta-fakta tentang Megawati yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. Biodata
Mengutip TribunnewsWiki.com, Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947.
Masa sekolahnya dihabiskan di Perguruan Cikini Jakarta selama SD- SMP, dan SMA.
Megawati kemudian meneruskan pendidikan di Universitas Padjajaran Bandung.
Namun karier bangku perkuliahannya berakhir selama 2 tahun kemudian alias tak sampai mendapat gelar sarjana.
Nama: Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri
Lahir: Yogyakarta, 23 Januari 1947
Alamat Kantor: Gedung DPP PDIP, Jl. Diponegoro 58, Jakarta Pusat
Rumah: Jl. Kebagusan IV, Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan Jl. Teuku Umar 27-A, Jakarta Pusat
SD Perguruan Cikini Jakarta (1954-1959)
SLTP Perguruan Cikini Jakarta (1960-1962)
SLTA Perguruan Cikini Jakarta (1963-1965)
Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung (1965-1967), tidak selesai
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Depok (1970-1972), tidak selesai
Ayah : Ir. Soekarno
Ibu : Fatmawati
Suami : Surindo Supjarso (1968-1971, alm), Taufiq Kiemas (1973-2013, alm)
Anak : Mohammad Rizki Pratama dan Mohammad Prananda (dari Surindo Supjarso), Puan Maharani (dari taufiq Kiemas)
Baca juga: Kembali Unggah Video, Dorce Gamalama Ucapkan Terima Kasih pada Jokowi hingga Megawati
2. Arti Nama Megawati
Diberitakan Sripoku.com, ada kisah menarik dari nama Megawati yang sebati dengan PDI Perjuangan ini.
Megawati mengisahkan nama itu saat mengunjungi India pada April 2015.
Dikutip dari The Economic Times, Megawati mengisahkannya di depan siswa Sri Sathya Sai Primary School.
Megawati saat itu ada teringat ketika Biju Patnaik memberinya nama itu.
Ketika itu, Megawati menuturkan Patnaik bertemu dengan Bung Karno saat dia lahir.
Megawati mengatakan saat dia lahir, hujan turun sangat deras sehingga Patnaik menyarankan nama Megawati kepada Bung Karno.
Dalam bahasa Sanskrta, Megawati artinya putri awan atau dewi awan sebagaimana dikutip dari artikel berita duka tentang Patnaik pada situs berita Independent UK.
Dalam buku otobiografinya yang ditulis Cyndi Adams, Soekarno bercerita bagaimana susahnya keadaan saat Megawati lahir.
Genteng bocor di Istana Kepresidenan di Jogja, karena ada badai angin dan hujan.
Ditambah lagi suasana revolusi yang genting. Pokoknya awut-awutan sekali istilah orang Jawa.
3. Tak Diakui Pemerintah Soeharto
Mengutip TribunnewsWiki.com, sejak awal terbentuk, konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintah.
Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Ir Sukarno, Megawati Sukarnoputri didukung untuk menjadi ketua umum (Ketum) PDI.
Namun pemerintahan Suharto tidak menyetujui dukungan tersebut kemudian menerbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Sukarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur.
Larangan tersebut berbanding terbalik dengan keinginan peserta KLB, kemudian secara de facto Megawati Sukarnoputri dinobatkan sebagai ketum DPP PDI periode 1993-1998.
Sehingga pada Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di Jakarta, Megawati Sukarnoputri dikukuhkan sebagai Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure.
Konflik internal PDI terus terjadi hingga diadakan Kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan.
Pada 20 Juni 1996 para pendukung Megawati Sukarno Putri melakukan unjuk rasa hingga bentrok dengan aparat keamanan yang menjaga kongres.
Kemudian pada 15 Juli 1996 pemerintah Suharto mengukuhkan Suryadi sebagai Ketum DPP PDI.
Akhirnya pada 27 Juli 196 pendukung Megawati Sukarnoputri menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro Nomor 58, Jakarta Pusat.
Kemudian muncul rombongan berkaus merah kubu Suryadi, kemudian terjadi bentrok dengan kubu Megawati Sukarnoputri.
Perisiwa tersebut dikenal dengan Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau disingkat menjadi Peristiwa Kudatuli.
Setelah persitiwa tersebut, PDI di bawah pimpinan Suryadi hanya memperoleh 11 kursi DPR.
Karena pemerintahan Suharto lengser pada reformasi 1998, PDI di bawah pimpinan Megawati Sukarnoputri semakin kuat, dan ditetapkan sebagai ketum DPP PDI periode 1998-2003 pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali.
Megawati Sukarnoputri kemudian mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada 1 februari 1999 agar dapat mengikuti pemilu.
Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan kemudian dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta.
PDI Perjuangan (PDIP) melakukan Kongres I pada 27 Maret-1 April 2000 di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jawa Tengah.
Kongres tersebut menghasilkan keputusan Megawati Sukarnoputri sebagai Ketum DPP PDIP periode 200-2005.
Pada Kongres IV PDIP di Bali pada 8-12 April 2015, Megawati Sukarno Putri kembali dikukuhkan sebagai Ketum PDIP periode 2015-2020.
(Tribunnews.com/Chrysnha/TribunnewsWiki.coom/Widi Pradana Riswan Hermawan/SriPoku.com/Muhammad Naufal Falah)