News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Zulkifli Hasan Memperkenalkan Konsep Islam Tengah Demi Menjaga Stabilitas Politik Indonesia

Penulis: Reza Deni
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan saat menyampaikan Pidato Kebudayaan dalam acara 'Zulhas Award dan Pidato Kebudayaan bertajuk Indonesia Butuh Islam Tengah', di Auditorium Utama Perpustakaan Nasional RI, Jakarta Pusat, Sabtu (29/1/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga dari sederet tokoh yang santer digadang-gadang akan ikut berkompetisi di perhelatan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menghadiri acara Pidato Kebudayaan yang disampaikan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Ketiganya yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Menteri BUMN Erick Thohir.

Dalam acara yang digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (29/1/2022) pagi itu, ketiganya duduk sejajar di deretan terdepan.

Anies dan Ridwan Kamil duduk berdampingan, sementara Erick terpisah satu kursi dari Anies.

Ketiganya tampak fokus mendengarkan pidato yang disampaikan Zulkifli Hasan yang berjudul 'Indonesia Butuh Islam Tengah'.

Zulkifli Hasan atau yang biasa disapa Zulhas mengawali pidatonya dengan menyapa para tamu yang hadir.

"Yang saya hormati menteri negara BUMN RI, ketua masyarakat ekonomi syariah, bapak Erick Thohir. Gubernur DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan," kata Zulhas di Gedung Perpusnas, Jakarta Pusat, Sabtu (29/1/2022).

Yang menarik, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) itu kemudian menyapa Ridwan Kamil alias Kang Emil dengan sapaan 'sahabat'.

"Gubernur Jawa Barat, sahabat saya Ridwan Kamil. Saya panggil sahabat ada maksudnya. Yang tahu Amanat Institute tuh pak," lanjutnya.

Zulkifli Hasan kemudian dalam pidatonya memperkenalkan konsep Islam Tengah demi menjaga stabilitas politik Indonesia.

Baca juga: Respon Ridwan Kamil Saat Zulhas Memanggilnya Sahabat: Habis Jadi Sahabat Jadi Kader? ya Mungkin

Ia menyampaikan bahwa saat ini banyak kalangan yang mencoba membenturkan antara negara dan agama.

Termasuk, mempersoalkan Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia. Karena itu kata Zulhas, Islam tengah sangat dibutuhkan dalam menjaga persatuan Indonesia yang beragam.

"Saya kira ini perlu kita sikapi bersama dalam konsep Indonesia, agama dan negara sama sekali tidak bertentangan. Pikiran untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama atau menawarkan konsep khilafah internasional adalah pikiran usang dan tak menghargai sejarah panjang pendirian bangsa ini," tutur Zulhas.

Disampaikan Zulhas, dalam konsep Indonesia hubungan antara agama dan negara bersifat simbiotik. Artinya, saling mengisi hingga menjadi fungsi sinergis yang harmonis.

Kata Zulhas, tanpa menjadikan agama sebagai landasan hukum formal, agama telah menjadi falsafah landasan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Maka pikiran untuk menjadikan Indonesia sebagai negara agama hanyalah menunjukkan ketidakpahaman dalam memahami falsafah bernegara kita," ujarnya.

Zulhas menyebut bahwa semestinya pemikiran mengenai Islam Tengah menjadi landasan atau pijakan dalam berbangsa dan bernegara di Indonesia.

"Apa itu Islam tengah, Islam tengah adalah perwujudan Islam yang mengedepankan moderasi yang dalam bahasa Arab dikenal dengan kata wasathiyah," ucap Zulhas.

Zulhas mengatakan bahwa Islam tengah bukanlah konsep baru, tapi sudah sejak lama hadir Indonesia.

Bahkan, sejumlah ormas Islam pun turut menafsirkan soal Islam tengah, di antaranya Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

"Saya kira spirit Islam tengah inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara yag damai, memiliki stabilitas politik yang baik dan kompatibel pada ide kemajuan," ujarnya.

"Melihat konteks sosial politik Indonesia saat ini, saya merasa spirit Islam tengah harus kita perkuat kembali, aktor-aktor politik kebangsaan Islam harus berpegang teguh pada nilai-nilai ini dan menghindarkan diri dari godaan ideologi-ideologi transnasional Islam yang mencoba menawarkan konsep khilafah. Khilafah kita justru pancasila itu," lanjut Zulhas.

Baca juga: Zulhas soal Sebutan Sahabat untuk Ridwan Kamil: Memang Saya Dekat, Bukan Pura-Pura

Pidato Zulhas itu mendapat respons positif dari para tokoh yang hadir. Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebut pidato yang disampaikan ini memiliki peran yang penting.

"Bisa mengikis politik identitas dan meningkatkan kualitas demokrasi kita," katanya.

Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menilai jarang ada tokoh politik, ketua umum parpol, yang menyampaikan pidato kebudayaan.

"Ini sesuatu yang sangat baik dan perlu kita apresiasi. Pak Zul membawa politik yang berorientasi kebudayaan. Kebudayaan adalah sumber nilai-nilai luhur, tidak semata berorientasi pada kekuasaan," kata Haedar.

Sedangkan Anies Baswedan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas langkah yang diambil Zulhas dan gagasan yang disampaikannya dalam pidato kebudayaan.

"Pak Zul menunjukkan bagaimana memposisikan agama dan negara sesuai dengan pikiran Pancasila. Ini contoh yang sangat baik dalam politik negara," kata Anies dalam testimoninya.(tribun network/den/dit/dod)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini