News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Wayang Otoritas Dalang: Gus Dur, Mega hingga SBY Pernah Diparodikan Tapi Tak Protes

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nusron Wahid menilai pagelaran wayang merupakan budaya yang sekaligus bisa menjadi ruang untuk menyampaikan nilai-nilai kritis dengan apa yang terjadi di masyarakat.

Sang dalang punya otoritas dalam merangkai cerita dalam hal menyampaikan kritik atas dinamika sosial di masyarakat, termasuk misalnya dengan memparodikan pihak tertentu yang hendak dikritiknya.

"Dulu ada seorang dalang, Ki Entus Susmono, juga sering memperagakan tokoh nasional seperti Gus Dur, Amin Rais, Bu Mega, Pak SBY dan Jokowi diparodikan dengan wayang. Bahkan Obama juga ditampilkan juga. Nggak ada yang ribut. Namanya juga wayang. Tontonan yang mengandung nilai nilai kritis dengan apa yang terjadi di masyarakat," kata Nusron Wahid, Selasa (22/02/2022).

Nusron menyampaikan hal tersebut untuk merespon adanya pihak-pihak yang mendiskreditkan Gus Miftah atas pagelaran wayang di Pondok Pesantren Ora Aji yang dikelolanya.

Baca juga: Profil Gus Miftah yang Gelar Pertunjukan Wayang di Ponpes di Sleman, Pernah Dakwah di Kelab Malam

Dimana dalam pagelaran wayang tersebut sang dalang memparodikan sosok yang dianggap mirip Ustadz Khalid Basalamah.

Menurut Nusron, tidak perlu berlebihan menanggapi pagelaran wayang meskipun dibdalamnya terdapat parodi yang mengkritik seseorang.

Tirulah tokoh-tokoh nasional pemimpin bangsa yang melihat nilainilai kritis dalam pagelaran budaya sebagai ekspresi dari dinamika sosial.

"Gus Dur saja diparodikan enggak protes. Pak Amin juga, Bu Mega dan Pak SBY. Enggak ada publik yang protes. Biasa saja itu. Namanya fenomena masyarakat. Enggak usah dibesar-besarkan," ujar Nusron.

Mantan Ketua Umum GP Ansor ini sependapat dengan Gus Miftah bahwa kalau sudah pentas memang benar sudah menjadi haknya dalang.

"Gus Miftah kan hanya nanggap. Saya juga sering nanggap wayang. ga pernah menyalahkan dalangnya. Abah Habib Lutfi juga sering nanggap Ki Manteb Sudarsono. Tidak pernah menyalahkan dalangnya. Sebab dalang pasti akan menampilkan fenomena di masyarakat. Ya memang begitu lah dalang. Kayak enggak pernah nonton wayang saja. Kecuali menganggap wayang haram, ribut, itu wajar," ungkapnya.

Lebih lanjut, Nusron mengubgkapkan bahwa fenomana Ustadz Khalid Basalamah ini bagian dari pembelajaran.

Karena wayang dan kesenian itu barang netral, maka konten atau cerita di dalamnya tergantung yang mengisi.

Karena merasa dipojokkan oleh Ustadz Khalid Basalamah lalu ada upaya dari komunitas wayang untuk membuat reaksi.

"Bagi Ustadz Khalid Basalamah anggap saja ini resiko pendapat yang direspon oleh komunitas wayang. Ya biasa lah," terang Nusron.

Jadi, tambah Nusron, anggap saja itu bagian dari reaksi komunitas wayang. Karenanya, tidak usah dibesar-besarkan.

"Ini semua ada hikmah dan pelajarannya. Bagi yang senang wayang ya nggak usah ngaji sama Ustadz Khalid Basalamah. Yang nggak senang dengan parodi wayang ya enggak usah nanggap wayang. Gitu aja kok repot. Gampang, nggak usah dibuat ramai. Orang kok sukanya ramai...he-he-he," ujar Nusron.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini