TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terjadi kasus penembakan yang dilakukan oleh orang tak dikenal (OTD) terhadap seorang anggota TNI AD Pos Ramil Yalimo pada Kamis (31/3/2022) waktu setempat.
Peristiwa penembakan yang menewaskan Sertu Eka Andrianto Hasugian dan sang istri tersebut terjadi sekitar pukul 06.00 WITA.
Menanggapi peristiwa ini, Ketua Bidang Organisasi DPP GMNI, Yoel Finse Ulimpa, mengatakan bahwa pihaknya menyesalkan peristiwa yang menimpa anggota TNI AD tersebut.
"Kami sangat menyesalkan peristiwa yang terjadi pada Sertu Eka dan keluarga. Kami mengutuk keras pelaku kejahatan tersebut. Kami berharap agar pelaku dapat segera diidentifikasi dan segera ditangkap untuk diproses menurut hukum yang berlaku," ujar Yoel, Jumat (1/4/2022).
Yoel, yang merupakan Putra Asli dari Papua, berharap peristiwa ini tidak memicu konflik berkepanjangan yang justru akan mengorbankan warga setempat yang tak bersalah.
"Kami harap peristiwa ini tidak menimbulkan konflik berkepanjangan yang justru akan mengorbankan masrakat setempat yang tak bersalah. Kami ingin agar wilayah Papua dapat segera bebas dari status wilayah konflik. Kami, sebagai warga asli Papua, juga ingin merasa aman dan tenteram tinggal di rumah kami sendiri," terang Yoel.
Ketua Umum DPP GMNI, Imanuel Cahyadi, menambahkan tentang pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Papua yang hingga saat ini masih rawan terjadi konflik bersenjata.
Baca juga: OTK Pembunuh Prajurit TNI dan Istrinya Bidan di Yalimo Papua, Juga Siksa Anak Korban yang Masih Bayi
"Papua juga merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah kesatuan Republik Indonesia. Saudara-saudara kita yang saat ini tinggal di Papua juga memiliki hak untuk hidup dengan rasa aman dan tentram tanpa rasa takut, sama seperti wilayah lain di negara ini," tegas Imanuel.
Imanuel menganggap bahwa peristiwa ini merupakan sebuah kecolongan bagi pihak militer yang sejauh ini dianggap sudah berhasil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Papua.
"Jika kita melihat kembali ke saat perhelatan PON di Papua kemarin, justru disitu rentan terhadap peristiwa-peristiwa yang mengancam keamanan dan keselamatan seluruh peserta yang hadir. Namun, kita melihat acara PON tersebut dapat terselenggara dengan sukses dan aman. Ini menandakan standar operasi militer dalam pengawalan keamanan pada saat itu berjalan dengan baik," ujarnya.
"Namun, pasca penyelenggaraan PON, justru kita kecolongan dengan adanya peristiwa ini. Apalagi korban merupakan bagian anggota dari TNI AD. Menurut saya, perlu adanya evaluasi dalam standar operasi militer untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Papua untuk mencegah hal ini terulang kembali di masa depan," ungkapnya.