Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyinggung soal tantangan yang akan dihadapi di era dunia metaverse ke depan.
Ia menjelaskan perkembangan terkini tentang kemajuan dunia digital dan teknologi terjadi begitu cepat dan bahkan di luar dugaan.
Hal itu disampaikannya dalam acara webinar Ditjen IKP Kominfo bertajuk 'Media Digital: Upaya Memperkuat Karakter Bangsa dan Bela Bengara', Rabu (13/4/2022).
"Bahkan yang paling terakhir, dunia digital kita sudah sampai level masuk dunia maya yang nyata. Dunia nyata yang maya. Sebuah dunia metaverse, yang dibangun dan dikontruksi dengan sangat serius," kata Cak Imin.
Pergeseran dunia digital, kata Cak Imin, diibaratkan menjadi dunia nyata yang maya, sekaligus dunia maya yang nyata.
Metaverse menghadirkan sebuah fakta baru dari sebuah dinamika interaksi antar subjek di dalam dunia digital akhir-akhir ini.
Baca juga: Rentan Serangan Siber, Tanda Tangan dan Identitas Digital Perlu Akreditasi
"Kita akan masuk pada wilayah, seoalah-olah kita ada bersama dalam satu dunia, tetapi sebetulnya kita masuknya melalui digital. Kita akan masuk, bahkan sekarang sudah merambah pembagian wilayah zonasi dan lokasi dari metaverse yang akan terjadi," jelasnya.
Menurutnya, semua itu merupakan tantangan baru. Dimana akan berakibat pada interaksi ekonomi, cara kerja ekonomi, hingga bisa menentukan apakah kegiatan sebuah ekonomi akan bisa produktif atau tidak produktif sama sekali.
"Contoh sederhana, ketika masuk dunia metaverse kita membeli, dengan membayar satu password agar kita bisa masuk dunia metaverse. Di dalamnya kita bisa belanja dan menggunakan uang kita, tentu saja menggunakan credit card kita, lalu menjadi transaksi ekonomi di dalam dunia metaverse itu," kata Cak Imin.
Selain itu, lanjut Cak Imin, dirinya melihat bahwa dunia digital saat ini tengah didekte oleh para produsen teknologi.
Baca juga: Ekonomi Digital RI Tertinggi di Asia Tenggara, Airlangga: Bisa Tembus 146 Miliar Dolar AS di 2025
"Konsumen teknologi Indonesia adalah pengguna yang selera dan manfaat penggunaannya sangat didekte oleh produsen teknologi informasi ini," ungkapnya.
Ia pun memberikan contoh sederhana.
Menurutnya handphone yang dibeli teknologinya sudah sangat lengkap.
Tetapi sebetulnya yang dijual adalah teknologi yang masih dicicil.
Sehingga, masyarakat setiap saat termotivasi untuk membelanjakan uangnya menjadi menjadi konsumen-konsumen boros untuk sebuah teknologi.
"iPhone 13 belum puas kita gunakan, ada temuan sedikit muncul 14 iPhone, begitu dan seterusnya. Oleh karena itu, kita harus bersiap-siap dengan keadaan ini," katanya.