News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

LDII Rasional Dalam Memilih Calon Pemimpin di 2024

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Chriswanto Santoso saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta, Senin (19/4/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum (Ketum) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Chriswanto Santoso mengatakan LDII akan rasional dalam memberikan dukungan pada calon pemimpin di pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Menurutnya, LDII akan condong kepada pemimpin yang sekiranya dapat memberikan harapan untuk bangsa kedepannya.

Chriswanto mengatakan LDII akan mendukung pemimpin yang konsen menyiapkan generasi penerus yang unggul bagi Indonesia emas dan pemimpin yang arah kebijakannya menyejahterakan rakyat.

“Kita harus rasional. Dalam menentukan sikap politik itu kita harus rasional,” kata Chriswanto saat ditemui di kawasan Senayan, Senin (18/4/2022).

“Kadang menjelang pemilu seperti ini omongan manis semua. Tapi kita mesti melihat kualitatif, bahwa mana yang kira-kira bisa mengadopsi, mengambil, dan mengimplementasikan aspirasi yang dibangun LDII,” ujarnya.

Chriswanto mengatakan dirinya juga pernah ada di dunia politik dan menjadi politisi Golkar di Jawa Timur, sehingga sangat paham kondisi jelang Pemilu.

Baca juga: Soroti Kasus Pengeroyokan Ade Armando, Ketua Umum LDII Ingatkan Pentingnya Etika Bersosial Media

Ia berujar, sama seperti ormas lainnya, LDII juga punya kepentingan.

Adapun kepentingan LDII adalah menyejahterakan rakyat serta menyiapkan generasi penerus menuju Indonesia emas.

“Itu keinginan LDII. Yang mana (calon pemimpin) yang bisa melakukan ini, bisa mengimplementasikan ini, itulah yang akan menjadi pilihan utama kita. Kita mesti rasional. Pada dunia yang seperti sekarang ini kita mesti rasional,” ujarnya.

Ketum LDII itu juga mengajak seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun rakyat Indonesia melakukan politik kenegaraan dalam bingkai moralitas.

Karena tanpa moralitas, kebebasan itu bisa bertabrakan dengan kebebasan orang lain.

Ia menambahkan, keributan pada tahun politik terkadang disebabkan karena bangsa ini memiliki banyak politisi, tapi miskin kepemimpinan (leadership).

Karena antara politisi biasa dan politisi yang memiliki jiwa kepemimpinan itu berbeda.

“Politisi selalu menekankan program untuk jangka pendek, agar 5 tahun terpilih lagi. Sementara leadership menekankan program jangka panjang agar masyarakat sejahtera dan menyiapkan serta membangun generasi selanjutnya,” ujar Chriswanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini