Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Landscape Indonesia Agus Sari mengatakan, krisis iklim yang terjadi saling berhubungan erat dengan pencemaran udara.
Agus mengatakan polusi udara disebabkan oleh gas-gas rumah kaca termasuk juga black carbon yang mampu menutupi permukaan bumi yang cerah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Agus dalam Webinar Bicara Udara: “Perubahan Iklim dan Kualitas Udara”).
“Apalagi kalau dia terbang dan menutupi bagian bumi yang bersalju dan mengurangi albedo, yaitu kemampuan bumi dalam memantulkan cahaya. Kalau daerah bersalju yang berwarna putih tertutup, akan lebih sedikit energi yang dipantulkan ke angkasa, sehingga bumi akan semakin panas," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Minggu (24/4/2022).
Baca juga: DPR Tekankan Pentingnya Komitmen Semua Negara untuk Atasi Perubahan Iklim
Baca juga: Nadiem Makarim: Pembenahan Iklim Lingkungan Belajar Jadi Komitmen Kemendikbudristek
Laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) bagian dari Laporan Peninjauan Keenam (AR6) oleh Working Group III IPCC berjudul “Mitigasi Perubahan Iklim” baru saja diluncurkan bulan April 2022.
Laporan ini menunjukkan bahwa bumi berada pada fast track menuju bencana iklim.
Pada laporan tersebut mencakup mitigasi yang harus dilakukan untuk mengurangi laju kenaikan suhu global yang akan membawa dunia ke pemanasan 2,7ºC.
Hal ini dianggap akan sangat mengancam banyak hal dengan intensitas yang tinggi, terutama di wilayah rentan bencana seperti Indonesia.
Dampak ini tentunya akan mengancam masa depan generasi mendatang Indonesia.
Selain itu, Agus mengungkapkan, peningkatan emisi karbon ke atmosfer juga akan turut meningkatkan emisi polutan lokal seperti karbon monoksida, mono-nitrogen oksida, ozon daratan, serta debu yang termasuk juga PM10 dan PM2,5.
"Oleh karena itu, menurunkan emisi gas-gas rumah kaca akan pula (turut) menurunkan emisi polutan lokal. Menurunkan polusi udara maka akan menurunkan potensi perubahan iklim," ucap Agus.
Baca juga: Indonesia Negara Berpolusi ke-17 di Dunia, Ini Daftar 6 Kota Paling Tercemar
Baca juga: Berita Foto: Ragam Aksi Hari Bumi di Seluruh Dunia
Sementara itu, Junior Scientist Nafas Indonesia Dinda Shabrina mengatakan, salah satu polutan yang berpengaruh terhadap perubahan iklim adalah PM2,5.
Menurutnya, PM2,5 dapat mempengaruhi suhu bumi melalui cooling and warming effect.
“PM2,5 juga berbahaya terhadap lingkungan dan kesehatan. Badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, yang berarti dapat terperangkap di paru-paru," ucap Dinda.
Dinda mengajak seluruh pihak untuk lebih peduli lagi terhadap krisis iklim dan polusi udara.
Sebab, kedua masalah tersebut penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh kepada generasi mendatang.
“Mengatasi perubahan iklim dan polusi udara harus berjalan bersamaan, karena kedua hal tersebut mempengaruhi satu sama lain,” pungkas Dinda. (*)