News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Komisi VIII DPR Desak Rektor ITK Minta Maaf Soal Ucapan Penutup Kepala Ala Manusia Gurun

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa mendadak viral setelah postingannya di akun Facabook beredar.

Viralnya Prof Budi Santosa karena dianggap diskriminatif dan SARA lantaran menyebut penutup kepala manusia gurun.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto mendesak, Rektor ITK itu mencabut pernyataannya dan meminta maaf.

Alasannya, pernyataan tersebut dinilai tidak mencerminkan seorang rektor.

"Minta pak rektor cabut dan minta maaf karena bisa memecah belah anak bangsa," kata Yandri kepada wartawan, Minggu (1/5/2022).

Legislator PAN itu pun meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencopot Budi Santosa dari jabatan rektor.

Menurut Yandri, pernyataan Budi itu bisa memupuk kebencian dan berbau SARA.

Baca juga: Rektor UMJ: Lulusan Perguruan Tinggi Harus Mampu Jadi Sosok Berintegritas

"Bisa juga peserta seleksi beasiswa LPDP melaporkan ke polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan," katanya.

Diberitakan sebelumnya, Rektor ITK Prof Budi Santosa membuat gaduh dengan membuat tulisan di media sosialnya.

Prof Budi dalam tulisan pribadinya menunjukkan sikap kurang setuju kepada mahasiswa yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam.

Singgungan dalam suatu kalimat di postingan Prof Budi juga dianggap diskriminatif terhadap kaum perempuan berhijab menurut netizen yang berkomentar.

Baca juga: Rektor UMJ: Lulusan Perguruan Tinggi Harus Mampu Jadi Sosok Berintegritas

Berikut ini tulisan Rektor ITK Prof Budi Santosa Purwokartiko yang menjadi viral dan dianggap diskriminatif oleh netizen:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri.

Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa.

Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa.

Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9.

Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9.

Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya.

Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagaianya.

Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang.

Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek. Dari 14, ada dua tidak hadir.
Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun.

Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini