TRIBUNNEWS.COM - Saat melaksanakan puasa Ramadhan, beberapa orang ada yang terkendala baik itu karena sakit, usia, haid (wanita), dan lainnya.
Untuk itu, kita wajib menggantinya di bulan lain setelah bulan Ramadhan, yang disebut dengan qadha.
Baca juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Puasa Syawal? Berikut Anjuran dari Ulama
Lantas, sampai kapan batas akhir qadha puasa Ramadhan?
Mengutip Bimas Islam, ada dua pendapat ulama dalam hal ini.
1. Menurut ulama Syafiiyah dan ulama Hanabilah, batas akhir qadha puasa Ramadhan adalah hingga datang puasa Ramadhan berikutnya.
Karena itu, jika seseorang tidak melakukan qadha puasa Ramadhan hingga puasa Ramadhan berikutnya tiba, maka dia berdosa meskipun tetap wajib yang mengqadha puasanya.
Selain itu, dia wajib memberikan fidyah kepada orang miskin sebanyak satu mud dalam satiap satu hari puasa sebagai tebusan kelalaian karena telah melewati batas akhir qadha puasa Ramadhan.
Ini sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah berikut:
2. Menurut ulama Hanafiyah, tidak ada batas akhir qadha puasa Ramadhan.
Qadha puasa Ramadhan boleh dilakukan kapan saja, baik setelah tahun puasa Ramadhan yang ditinggalkan atau tahun-tahun berikutnya.
Karena itu, menurut ulama Hanafiyah, jika seseorang tidak melakukan qadha puasa Ramadhan hingga puasa Ramadhan berikutnya tiba, maka dia tidak berdosa dan dia tidak wajib memberikan fidyah.
Dia boleh melakukan qadha puasa kapan saja, tanpa batas akhir waktu tertentu.
Baca juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Mei 2022, Dilengkapi Bacaan Niatnya
Bacaan niat puasa Qadha atau membayar utang puasa
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’in fardho syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Bacaan niat berbuka puasa