Menurutnya, kemungkinan bagi AHY sangat ada. Namun, perlu diingat bahwa elektabilitas AHY jauh lebih tendah dibandingan dua nama lain seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Baca juga: Menakar Peluang Airlangga dan Golkar di Pertarungan Pilpres 2024
"Yaa kalau berbicara kemungkinan peluang, ya berpeluang. Ini kan ketika elektabikitas AHY tifak siginifikan hanya dikisaran 5 atau 6 persen tentu, gennya itu tidak sekuat Ganjar, Anies. Karena urusan Pilpres tidak hanya soal partai tapi menyangkut elektabilitas sosok yang akan diusung," kata Adi.
Sementara, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menyebut, AHY sangat paham apa yang harus dilakukannya guna bisa diusung sebagai capres arau cawapres di 2024.
"Menjalin komunikasi inten dengan para ketum Parpol untuk melihat segala kemungkinan politik ke depan. Kita tahu Demokrat kurang lebih dapat 6 persen kursi di DPR. Artinya butuh 14 persen lagi untuk bisa memenuhi PT yang 20 persen," kata Ujang.
Ujang juga mengatakan, safari politik AHY selain untuk menjalin komunikasi agar makin dekat dan akrab dengan elit parpol lain. Hal itu juga sebagai bagian dari bentuk penjajakan soal koalisi.
Menurut Ujang, strategi AHY saat ini harus tetap menjalin komunikasi dengan elite, seperti ketum-ketum partai. Termasuk, strategi mendekati grass root sebagai pemilih.
"Jadi pendekatan elite dan atuh bawah itu penting dilakukan oleh AHY," terant Ujang.
Ia juga bicara soal peluang AHY bisa diusung oleh parpol lain di Pilpres 2024. Menurut Ujang, hal itu tergantung dari elektabilitas AHY hingga Agustus atau September 2023 nanti, disaat mendekati waktu pendaftaran capres dan cawapres di KPU.
Jika elektabilitas tinggi, maka tak menutup kemungkinan akan ada banyak partai yang mendukungnya.
Namun jika elektabilitas rendah, maka akan kesulitan untuk bisa nyapres, karena partai-partai tidal akan mau berkoalisi.
"Psikologi partai-partai itu ingin mendukung capres atau cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi, karena potensi menangnya terbuka," terang Ujang. (tribun network/yuda)