Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para peneliti maupun tim medis secara global saat ini tengah fokus melakukan penelitian dan kajian terkait penyebab munculnya penyakit hepatitis akut yang dialami kelompok anak-anak tanpa diketahui penyebabnya.
Angka temuan kasus pun terus bertambah, begitu pula dengan kasus kematiannya.
Di Indonesia, seorang anak yang dirawat di Rumah Sakit Elisabeth Medan, Sumatra Utara, meninggal setelah menunjukkan gejala hepatitis seperti demam, mual, muntah dan diare.
Sementara itu, kelompok anak-anak kini harus siap kembali melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) setelah momen liburan Hari Raya Idul Fitri.
Ini tentunya diduga akan meningkatkan potensi penularan penyakit tersebut.
Baca juga: Pemerintah Didesak Edarkan Surat Kewaspadaan untuk Sekolah Soal Hepatitis Akut
Lalu bagaimana tanggapai Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait rencana kembali diterapkannya PTM ini.
Ketua UKK Gastro-Hepatologi IDAI, DR. Dr. Muzal Kadim, Sp.A(K)., mengatakan bahwa terkait kasus hepatitis akut belum ada rekomendasi IDAI untuk penundaan proses PTM.
Hal itu karena IDAI masih melakukan kajian lantaran belum ada bukti yang kuat terkait penyebab munculnya penyakit ini pada anak-anak.
Kendati demikian, kata dia, bisa saja rekomendasi akan dikeluarkan dalam beberapa hari mendatang jika memang dianggap sangat perlu.
"Untuk saat ini belum dikeluarkan rekomendasi resminya untuk PTM ya, dari segi kasus ini ya. Ini akan terus berjalan (kajiannya), bisa saja satu dua hari kita akan mengeluarkan itu kalau memang perlu ya," jelas Dr. Muzal, dalam virtual media briefing bertajuk 'Serba Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran', Selasa (10/5/2022).
Ia menambahkan bahwa saat ini memang belum ada bukti kuat yang menjadi landasan untuk mengeluarkan rekomendasi tersebut.
Namun dirinya menegaskan, rekomendasi ini belum dikeluarkan bukan karena menunggu kasusnya mengalami peningkatan.
"Bukan berarti menunggu kasusnya lebih parah ya, bukan. Tapi memang saat ini belum cukup kuat untuk dilakukan PTM tersebut ya. Waktu Covid juga demikian, perlu bukti-bukti dulu, PTM ini kan bukan sesuatu yang sepele juga ya, 'ini sudah mulai PTM, tapi nanti dilarang lagi'. Nah kita harus hati-hati dan lebih seksama menilainya ini ya," kata Dr. Muzal.