Novel Anak Bajang Menggiring Angin bukan saja sebuah cerita yang menghadirkan keindahan kata-kata, tapi ibarat cermin kehidupan manusia yang penuh ambisi, dan pengharapan.
Novel yang bermula dari cerita bersambung di Kompas ini bukan saja jejak penting bagi Sindhunata, namun kehadiran menjadi bermakna di tengah generasi yang tidak lagi dekat dengan wayang.
Pada tahun 2019, novel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Herding the Wind.
Tahun 80-an merupakan periode penting bagi Sindhunata, selain Anak Bajang Menggiring Angin menjadi karya sastra yang digemari masyarakat, terbit pula bukunya yang lain berjudul
Dilema Usaha Manusia Rasional, berisi tentang Sekolah Frankfurt dengan tokoh-tokohnya, seperti Marx Hokheimer dan Theodor Ardono.
Dilema Usaha Manusia Rasional menjadi buku yang diperbincangkan berbagai kelompok, bahkan sampai saat ini masih banyak yang mencari buku tersebut sampai kemudian dicetak ulang.
Pada tahun 1982, Sindhunata bersama dengan teman-teman wartawan Kompas, dan beberapa seniman mendirikan Bentara Budaya yang menempati ruangan di sebelah toko buku Gramedia Yogyakarta.
Lewat Bentara Budaya, Sindhunata mengenal beberapa perupa, bahkan dirinya menjadi bagian dari perkembangan seni rupa di Yogyakarta.
Seluruh catatan sumbangsih kesenian dan perjalanan kepenulisan Sindhunata itu dapat disaksikan di Bentara Budaya Yogyakarta sampai dengan 22 Mei 2022.
Pengunjung diharapkan melakukan reservasi terlebih dahulu dan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku.