TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi pabrik pengolahan hasil panen tanaman sorgum di Sumba Timur, NTT, Kamis (2/6/2022).
Kunjungan ke pabrik sorgum ini merupakan rangkaian kegiatan Jokowi dalam kunjungannya di NTT, setelah sebelumnya memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni di Ende, NTT.
Dalam kunjungan hari ketiga di NTT, Presiden Jokowi melakukan penanaman bibit dan meninjau panen sorgum secara langsung.
Presiden mengharapkan tanaman ini dapat menjadi alternatif pangan bagi masyakarat.
Tak hanya itu, Presiden juga mengharapkan penanaman sorgum di NTT ini dapat diperluas sehingga tidak hanya dapat menjadi alternatif pangan, tetapi juga berpeluang untuk diekspor.
Lantas, sebenarnya seperti apa tanaman sorgum ini?
Baca juga: Tinjau Lahan Sorgum di Sumba Timur, Presiden Jokowi Ingin Ada Diversifikasi Pangan
Baca juga: Usai Tinjau Pabrik Sorgum Jokowi Tonton Pacuan Kuda di Sumba Timur
Sorgum merupakan tanaman jenis serealia yang berasal dari Afrika.
Di Indonesia, tanaman sorgum bisa di jumpai di Jawa, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Bentuk tanaman sorgum ini hampir mirip tanaman jagung.
Bahkan, di Bali tanaman ini dikenal dengan nama jagung gimbal.
Sedangkan di Jawa, tanaman ini lazim dengan nama cantel.
Sorgum memang sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, dan gandum.
Meski begitu, pengembangan dari tanaman sorgum ini masih terbatas di daerah tertentu.
Padahal sorgum memiliki adaptasi yang luas pada berbagai agroekologi, pantai hingga pegunungan dan bisa tahan terhadap kekeringan.
Menurut Litbang Pertanian, kebutuhan air sorgum hanya sedikit, separuh kebutuhan air jagung dan sepertiga kebutuhan air tebu.
Selain itu, tanaman sorgum juga tahan pada lahan marjinal seperti lahan masam, asin dan basa, dapat tumbuh pada tanah miring, dan lebih tahan hama penyakit.
Tanaman sorgum memiliki jenis daun yang berbentuk mirip seperti daun jagung, tetapi daun sorgum dilapisi oleh sejenis lilin yang berfungsi untuk menahan penguapan air dari dalam tubuh tanaman.
Dalam sorgum terdapat rangkaian bunga yang berada pada bagian ujung tanaman yang kemudian bunga ini akan menjadi bulir-bulit sorgum.
Baca juga: Moeldoko: saatnya Sorgum Dibudidayakan Luas
Baca juga: Moeldoko: Jadikan Sumba Sebagai Pulau Sorgum
Diversifikasi Pangan
Sorgum menjadi salah satu komoditas potensial yang dapat dikembangkan mendukung program diversifikasi pangan dan energi di Indonesia.
Menurut Litbang Pertanian, semua bagian tanaman ini, mulai dari daun, tangkai, biji, batang, dan akar dapat dimanfaatkan, bisa sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bioetanol.
Sebagai sumber pangan, sorgum mempunyai beragam zat antioksidan, mineral, protein, dan serat penting.
Kandungan fungsional dari sorgum antara lain zat besi, vitamin B1, Vitamin B3, Kalsium, dan lain-lain.
Sorgum juga bisa diolah menjadi tepung dan dimanfaatkan untuk subsitusi terigu selain ubi kayu.
Bagi mereka yang mau diet, sorgum ini baik untuk dikonsumsi karena rendah gula dan baik untuk pencernaan.
Inovasi olahan pangan lainnya dari sorgum adalah olahan pangan dalam bentuk mi.
Mi sorgum merupakan mi berbahan baku sorgum yang diformulasikan dengan pati kasava, air, dan garam, tanpa ada penambahan tepung terigu, sehingga bebas gluten.
Mi sorgum bersifat tahan lama karena dibuat dalam bentuk kering dan dapat dimasak menjadi mi ayam maupun mi goreng seperti layaknya mi berbahan dasar tepung terigu.
Dari segi fungsional, mi sorgum mengandung antioksianin yang berperan sebagai antioksidan dan juga kaya akan serat pangan.
Baca juga: Pekan Pangan Lokal Kenalkan Nikmatnya Kopi Flores dan Olahan Arem-arem dari Sorgum
Sorgum di NTT
Presiden dalam kunjungannya di pabrik sorgum di NTT mengatakan, diversifikasi dan alternatif pangan diperlukan dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia di masa sekarang dan akan datang.
Peringatan akan krisis pangan ini sudah disampaikan oleh Badan Pangan Dunia atau FAO dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Ini sudah kelihatan, sekarang ini harga-harga pangan dunia semuanya naik. Oleh sebab itu, harus ada rencana besar, harus ada plan negara kita menghadapi ancaman krisis pangan itu,” ujarnya.
Tanaman sorgum di Kabupaten Sumba Timur telah diuji tanam pada lahan seluas 60 hektare dan menghasilkan minimal lima ton untuk setiap hektare. Presiden menilai hasil panen ini sangat baik dengan nilai keekonomian yang memadai.
“Kita melihat sendiri hasilnya, seperti tadi kita lihat sangat baik, secara ekonomian juga masuk, bisa merekrut banyak sekali SDM tenaga kerja kita. Hasilnya per hektare per tahun bisa bersih kurang lebih Rp50-an juta, ini juga sangat bagus. Artinya, kalau dibagi 12, per bulan sudah mencapai kurang lebih 4 jutaan, ini kan juga sebuah hasil yang tidak kecil,” ujarnya.
Melihat potensi tanaman sorgum di NTT khususnya Sumba Timur, Jokowi ingin lahan untuk tanaman ini ditambah.
Presiden Joko Widodo mengharapkan penanaman sorgum di NTT ini dapat diperluas sehingga tidak hanya dapat menjadi alternatif pangan tetapi juga berpeluang untuk diekspor.
(Tribunnews.com/Tio)