Sementara itu komunikolog Unair dan Pusat Kajian Komunikasi Surabaya, Suko Widodo, menekankan betapa tenangnya Surya Paloh menyatakan bahwa tidak ada peringkat di antara ketiga capres yang direkomendasikan.
"Di satu sisi, ini jadi kekuatan Nasdem. Dia tidak terikat pada siapa yang nanti lebih unggul dalam perjalanan waktu," tutur Suko.
Namun Emrus Sihombing, komunikolog Universitas Pelita Harapan merasa ada catatan kritis di sisi lainnya. Ia beralasan:
"Tiga kandidat tersebut, saya pastikan tidak berada pada kualitas yang sama. Harusnya diranking berdasarkan kriteria yang sudah dimuat lebih dahulu. Atas ranking tersebut, ditentukan siapa yang tertinggi kualitasnya," katanya.
Hasrullah, komunikolog Universitas Hasanuddin juga menunjukkan rasa sedikit kecewa.
"Sayang sekali tidak ada nama dari Indonesia Timur dimasukkan. Kalau mau niat baik, rekomendasikanlah empat nama. Salah satunya capres dari Indonesia Timur," tambah Hasrullah.
Sebaliknya Muhammad Iqbal, komunikolog Universitas Negeri Jember, merasa merinding melihat sambutan peserta rakernas ketika Surya Paloh menyebut nama Anies Baswedan.
Cak Iqbal menyatakan "Itu membuktikan semua kepala daerah berprestasi layak dicalonkan partai politik. Jangan berkutat dengan ketua umum sendiri."
Alasan Pilih Andika Perkasa
Partai NasDem buka suara alasan lebih memilih Jenderal TNI Andika Perkasa dibandingkan Menteri BUMN Erick Thohir menjadi calon presiden 2024.
Padahal, keduanya memiliki perolehan suara yang sama dipilih Dewan Pimpinan Wilayah (DPW).
Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menyatakan bahwa Andika Perkasa dipilih karena dianggap sosok yang lebih bangsawan.
Selain itu, Eks Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu juga sosok yang lebih berintegritas.
"Kenapa pilihannya Pak Andika lebih kepada faktor kualitatif approach. Kualitatif approach itu variabel tentang komitmen kebangsaan. Variabel tentang bagaimana integritasnya. Itu yang kami jadikan bukan masalah kualitas," kaya Willy kepada wartawan, Sabtu (18/6/2022).