TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 51 jemaah haji Indonesia direncanakan mengikuti tanazul.
Tanazul ini dijalankan oleh jamaah yang sakit atau disebabkan kondisi medis.
Lantas apa maksud dari tanazul ini?
Tanazul jemaah haji sakit adalah pemulangan jemaah haji melalui kloter yang berbeda dengan kloter keberangkatan karena alasan sakit dan memenuhi kriteria laik terbang.
Jadwal kepulangan jemaah tanazul akan mengikuti penerbangan kloter jemaah haji gelombang 1.
Namun tidak menutup kemungkinan jemaah dipulangkan terlebih dahulu dari kloternya, atau bahkan dipulangkan lebih lambat dari kloternya.
Meski begitu, sebelum ikut tanazul, jamaah haji akan terlebih dulu periksa terlebih dulu dan dilihat dari skala urgensinya.
"Kita lihat skala urgensinya untuk jemaah yang akan ditanazulkan" ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Budi Sylvana, MARS Minggu (10/7/2022), dikutip dari laman Kementerian Kesehatan.
"Diproritaskan dulu bagi jemaah haji gelombang 1" tambah dr. Budi
Proses terus berlanjut hingga semua jemaah laik tanazul dipulangkan ke tanah air.
Baca juga: Evaluasi Menag Yaqut untuk Ibadah Haji 2022 di Mina: Lancar, Tapi Fasilitas Belum Sesuai Ekspektasi
Pada musim haji kali ini, ada sebanyak 51 jemaah yang direncanakan mengikuti tanazul .
51 jemaah haji itu saat ini sedang mendapatkan perawatan di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS), dan sebagian berada dalam rombongan kloter.
Tanazul diprioritaskan bagi jemaah haji yang transportable, yaitu pada saat tanazul tidak memperberat kondisi fisik, tidak berpotensi menimbulkan kecacatan atau mengancam keselamatan jemaah haji.
Selama perjalanan, jemaah akan disertai dengan obat-obatan dan peralatan kesehatan yang dibutuhkan seperti oksigen, strecher, dan sebagainya.
Jemaah juga akan didampingi oleh Tenaga Kesehatan Haji (TKH) Kloter.
Sesampainya di tanah air, yang bersangkutan akan diperiksakan kesehatannya di fasilitas kesehatan sebelum dikembalikan ke daerah asalnya.
"Mudah mudahan proses kepulangan jemaah nanti berjalan lancar. Jemaah haji sakit bisa segera melanjutkan pengobatannya di Indonesia" harap dr. Budi.
(Tribunnews.com, Widya)