Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud menilai kemunculan fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat, merupakan bentuk kreativitas.
Menurut Marsudi, pelaksanaan Citayam Fashion Week merupakan upaya untuk mencari perhatian publik.
"Namanya saja orang banyak yang mempunyai keinginan-keinginan yang diperhatikan orang banyak juga. Maka ketika dijalan ada yang penyeberangan menjadi fashion show, fashion week itu ya mencari perhatian publik, itu sebuah kreativitas," kata Marsudi di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/7/2022).
Meski begitu, Marsudi berharap pelaksanaan Citayam Fashion Week tidak mengganggu kepentingan umum.
Marsudi mengatakan pelaksanaan Citayam Fashion Week dapat memanfaatkan teknologi, agar tidak menggangu kepentingan umum.
Baca juga: Jadi Rebutan, DJKI Ungkap Potensi Nilai Ekonomi Citayam Fashion Week
"Saya harapkan kreativitas yang terpenting jangan menganggu kepentingan umum. Lebih baik dibuat di tempat yang kemudian disampaikan ke publik bisa melalui teknologi dan menjadi tepat," kata Marsudi.
Terkait dugaan kemunculan kelompok LGBT dalam Citayam Fashion Week, Marsudi mengatakan beberapa orang menilai LGBT merupakan bentuk penyakit psikologi.
Penyakit psikologi, menurut Marsudi, dapat disembuhkan dengan berbagai langkah.
Baca juga: Catherine Wilson Sebut Citayam Fashion Week Buat Dunia Fesyen Tanah Air Lebih Seru
"Masalah itu kan masalah kemanusiaan yang banyak orang menyampaikan itu sebuah ada yang mengatakan sebuah penyakit, ada dikatakan apa. Tapi yang penting kalo psychological sickness itu dipahami bisa disembuhkan. Kalau penyakit berusaha disembuhkan, apa saja yang sudah disampaikan ulama terdahulu sampai sekarang," jelas Marsudi.
Citayam Fashion Week sendiri merupakan kegiatan fesyen jalanan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta Pusat yang didominasi oleh para remaja dari kawasan sub urban seperti Citayam, Bojong Gede, Bogor, Depok, Priok, Bekasi, hingga Tangerang Banten.