“Saya tahu siapa yang sebenarnya punya massa, yang benar-benar bergerak saat pemilu dan siapa yang saat ini jadi benalu kekuasaan,” ujarnya.
Lebih jauh menurut Deddy Yevri Sitorus, ditengah ketidakpastian calon Presiden atau partai afiliasi, para elite relawan bermental parasitik ini mencoba melakukan berbagai manuver-manuver politik.
“Tidak lebih dan tidak kurang, tujuannya adalah agar punya saham dalam pemerintahan berikutnya dan terus menikmati kue kekuasaan yang memabukkan itu,” kata Deddy.
Menurutnya, atas nama organisasi, mereka membawa-bawa massa yang sangat mencintai Presiden Jokowi dan bertindak seolah-olah sebagai kepanjangan tangan atau aparatur kehendak politik Presiden.
“Para anggotanya tidak pernah tahu bahwa para pentolan relawan itu hidup dan berperilaku melebihi elite politik, meskipun seringkali mereka harus keluar ongkos sendiri dalam setiap kegiatan. Sementara elitenya sibuk menagih proposal ke sana kemari dan uangnya entah kemana,” beber Deddy.
Baca juga: Pakar Hukum: Sinergi antara Kejaksaan dan Kementerian BUMN Kunci Penuntasan Kasus PLN
Menurut Deddy Yevri Sitorus, sebagian aktivis relawan itu memang punya jiwa volunterisme yang besar dan sangat mengidolakan Presiden Jokowi. Orang-orang dan kelompok tersebut biasanya bekerja kongkrit untuk membantu mengagregasikan kepentingan masyarakat atau mengawal program pemerintah.
Tetapi tidak banyak yang mau mengoreksi perilaku koruptif, parasitik dan avonturisme politik kekuasaan yang dimainkan beberapa tokoh relawan tertentu.
Dan tokoh-tokoh elite politik ini bukan tidak mungkin pada saatnya juga akan berhadapan dengan kasus-kasus hukum atau mengalami pembalasan politik dimasa depan jika mereka gegabah melakukan manuver politik.
“Oleh karena itu, saya berharap agar para elite relawan yang haus kekuasaan itu sadar dan mengoreksi diri. Sadarlah, tidak ada kekuasaan yang abadi. Semua ada akhirnya, kecuali ideologi,” tutup Deddy.