Saat ini, pria tersebut sedang menjalani isolasi mandiri.
"Tapi keadaan pasien baik-baik saja. Kalau dalam istilah Covid-19, yang bersangkutan gejala ringan, tidak sakit berat," ujar Syahril.
"Tidak perlu harus dirawat, tidak masuk di ruang isolasi tapi cukup dilakukan isolasi mandiri," sambung dia.
Penemuan kasus ini menurut pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman perlu melakukan beberapa langkah.
Pertama, kontak treasing harus segera dilakukan.
Dicky pun menyarankan harus melakukan treasing dengan mencari tahu dengan siapa pasien Monkeypox melakukan kontak fisik selama tiga minggu terakhir.
"Memang tidak mudah, tapi bisa kalau betul betul menggali. Sekali lagi sambil dibangun literasi, jangan terbangun stigma. Ini bukan hanya penyakit yang menyerang orientasi seksual tertentu seperti gay atau pekerja seks saja. Tapi bisa ke masyarakat umum," tegasnya.
Langkah kedua adalah lakukan survelens yang bukan hanya pada kelompok rawan. Namun juga pada fasilitas kesehatan seperti dokter penyakit kulit, kelamin, dalam, klinik, dan sebagainya. Ini harus menjadi sumber data survelens terkait Monkeypox.
"Ini harus ditingkatkan survelensnya. Baik itu dari praktisi kesehatan swasta maupun dari klinik dan rumah sakit. Mayoritas di negara lain, data survelens itu dari faskes. Selain testing, tracing, dengan isolasi karantina, tiga minggu lamanya," papar Dicky lagi.
Baca juga: Daftar Negara yang Konfirmasi Kasus Cacar Monyet, Terbaru Ada Indonesia dan Kuba
Lalu yang ketiga harus mempersiapkan vaksin. Meski menurut Dicky tidak perlu banyak, tapi harus siap.
Selain itu juga harus disiapkan dengan obat-obatan terkait.
"Bangun untuk tidak menstigma kelompok, bangun kewaspadaan dan tidak perlu panik. Tapi sadari dengan globalisasi wajar penyakit wabah masuk. Lalu pikiran bagaimana untuk meresponnya," tegas Dicky.