TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini sosok Susno Duadji yang mengaku diteror.
Hal itu diungkapkan Susno Duadji setelah dirinya sering bicara soal kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Susno Duadji mengaku usaha pertambangan milik putrinya di Lahat, Sumatera Selatan, sempat didatangi oleh "polisi-polisi liar'' pada 16 Agustus 2022 lalu.
Susno Duadji menyebut polisi liar lantaran mereka datang tanpa membawa surat tugas.
"Baru beberapa hari lalu sejumlah anggota polisi tiba-tiba datang ke tempat usaha (pertambangan, red) anak saya di Lahat," ujarnya kepada Tribunnews.com di kawasan Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (22/8/2022).
Susno Duadji menduga mereka adalah suruhan dari kelompok pejabat polisi yang tidak suka dirinya terlalu vokal berbicara soal kasus Irjen Ferdy Sambo.
"Mungkin mereka mau meminta saya diam. Tapi saya tidak akan takut," ungkapnya.
Sosok Susno Duadji
Dikutip dari laman pustakaarsip.kamparkab.go.id, Susno Duadji lahir di Pagar Alam, Sumatera Selatan, pada 1 Juli 1954.
Susno Duadji merupakan lulusan Akabri Kepolisian dan mengenyam berbagai pendidikan antara lain PTIK, S1 Hukum, S2 Manajemen, dan Sespati Polri.
Karier Susno Duadji mulai meroket ketika dipercaya menjadi Wakapolres Yogyakarta, lalu menjabat Kapolres di Maluku Utara, Madiun, dan Malang.
Baca juga: Tak Ada Permohonan Maaf Ferdy Sambo ke Tamtama Polri, Susno Duadji: Padahal Bharada E Tamtama
Susno Duadji mulai ditarik ke Jakarta, ketika ditugaskan menjadi kepala pelaksana hukum di Mabes Polri dan mewakili institusinya membentuk KPK pada 2003.
Pada 2004, Susno ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK ).
Setelah tiga tahun di PPATK, Susno Duadji dilantik sebagai Kapolda Jawa Barat.
Ia lalu menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009.
Pada 5 November 2009, Susno Duadji menyatakan mundur dari jabatannya.
Namun, mulai 9 November 2009, ia kembali aktif sebagai Kabareskrim Polri.
Pada 24 November 2009, Kapolri resmi memberhentikan Susno Duadji dari jabatan Kabareskrim.
Baca juga: Motif Pembunuhan Brigadir J Belum Diungkap, Susno Duadji: Kepentingannya Ada pada Tersangka
Kontroversi Susno Duadji
Pernyataan Susno Duadji yang berbunyi “Ibaratnya di sini buaya disitu cicak. Cicak kok melawan buaya” sempat menimbulkan kontroversi.
Akibat dari pernyataan ini, muncul istilah “cicak vs buaya”.
Selain itu, pernyataan Susno yang berbunyi ”Jangan pernah setori saya” juga terkenal saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Jabar.
Dilansir Surya.co.id, kode sebutan Susno Duadji sebagai "Truno 3" atau orang nomor tiga paling berpengaruh di Polri setelah Kapolri dan Wakapolri, menjadi populer di masyarakat setelah sering disebut-sebut terutama dalam pembahasan kasus kriminalisasi KPK.
Meskipun demikian, kode resmi untuk Kabareskrim Polri sesungguhnya adalah "Tribrata 5" atau nomor 5 di Polri setelah Kapolri, Wakapolri, Irwasum Polri, dan Kabaharkam Polri.
Sedangkan, "Truno 3" adalah kode untuk Direktur III Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri.
Baca juga: Wawancara Eksklusif Komjen (Purn) Susno Duadji: Saya Sering Menangkap dan Pernah Ditangkap Polisi
Sebelumnya, Susno Duadji menyebut penembak Brigadir J yakni Bharada E, sakti.
Ia pun menyoroti momen saat Bharada E mendatangi Komnas HAM untuk diperiksa pada Selasa (26/7/2022).
Saat itu, Bharada E dikawal ketat oleh sejumlah anggota polisi.
"Saat bintang 3 saya enggak sakti saya. Saya paling dikawal sersan, kadang tidak."
"Yang ini, Bharada pangkat paling bawah, yang ngawal waktu ke Komnas HAM Bintara dan ada Kolonel juga."
"Bayangkan apa enggak hebat Bharada ini. Sakti," ujarnya, dikutip dari tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC), Jumat (29/7/2022).
(Tribunnews.com/Nuryanti/Dodi Esvandi) (Surya.co.id/Putra Dewangga Candra Seta)