Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presidium Lingkar Mahasiswa Jakarta Raya (LIMAJAYA) Yusril SK, menyinggung penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan solar.
Menurutnya, kebijakan mengenai kenaikan harga BBM, yang telah disahkan oleh pemerintah dan alasan pemerintah dalam menetapkan kebijakan tersebut sudah jelas, yaitu untuk mengalihkan subsidi agar lebih tepat sasaran, salah satunya mengalihkan subsidi BBM ke BLT.
Namun demikian, ia mengingatkan, agar mahasiswa harus tetap mengawal pengalihan subsidi tersebut salah satunya mengawal jalannya bantuan sosial.
Baca juga: Media Asing Beritakan Kenaikan Harga BBM Pertalite hingga Pertamax di Indonesia
"Agar tidak terjadi lagi kasus korupsi seperti yang terjadi di masa lalu," ujarnya dalam diskusi brrtajuk 'Menakar Arah Kebijakan Negara dalam Pengalihan Subsidi BBM serta Urgensi Transformasi Energi Baru Terbarukan', Sabtu (3/9/2022).
Sementara itu, Ketua Umum KNPI Putri Khairunnisa menyampaikan bahwa Indonesia saat ini butuh energi baru terbarukan.
Baca juga: Update Harga BBM Hari Ini, 4 September 2022: Pertalite Naik Jadi Rp 10.000 per Liter
Mengingat, kata dia, Indonesia khususnya dan negara lain pada umumnya pada saat ini tengah mengalami krisis energi yang berasal dari fosil.
"Untuk itu kita butuh mengembangkan energi terbarukan agar ketika cadangan energi lama sudah habis, kita masih bisa bertahan dengan energi terbarukan yang telah kita kelola sendiri," tandasnya.
Pengalihan Subsidi BBM untuk Bantuan Sosial Dinilai Lebih Relevan dan Tepat Sasaran
Sistem bantuan sosial yang langsung tepat sasaran lebih relevan ketimbang suntikan subsidi untuk barang, seperti terhadap bahan bakar minyak (BBM).
Semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, seyogyanya mengubah paradigma dari subsidi untuk barang atau produk menjadi bantuan langsung tepat sasaran.
Baca juga: Solar dan Pertalite Naik, Tenaga Ahli KSP: Subsidi BBM Banyak Dinikmati Kalangan Ekonomi Atas
“Kita sebaiknya menatap ke depan untuk tidak lagi selalu terganggu dengan isu naik tidaknya BBM atau perlu ditambah atau tidaknya subsidi. Akan lebih baik jika pemerintah mengubah upaya menyejahterakan rakyat dengan mengubah model intervensi. Mumpung data (kependudukan) sudah lengkap,” ujar mantan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof Bambang Brodjonegoro dalam Webinar Nasional Moya Institute bertajuk “Penyesuaian Harga BBM: Problem atau Solusi”, Jumat (2/9/2022).
Terkait penyesuaian harga BBM, pemerintah maupun Pertamina didorong untuk melakukan komunikasi publik yang baik, untuk menjelaskan harga keekonomian dihadapkan dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Sementara itu, Politisi Reformasi Mahfudz Siddiq mengatakan, terkait harga BBM bersubsidi ia menilai sebaiknya pemerintah melepaskan harganya sesuai mekanisme pasar, sehingga isu ini tidak berulang kembali di masa akan datang.