TRIBUNNEWS.COM - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membeberkan temuannya terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan ratusan orang.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, diketahui telah melakukan penyelidikan terkait tragedi Kanjuruhan sejak Senin (3/10/2022).
Selama penyelidikan, ia melakukan pengecekan terhadap pemain Arema FC, suporter, pihak keluarga korban, maupun korban yang dirawat di rumah sakit, untuk menggali informasi.
Berdasarkan penyelidikan tersebut, Choirul Anam memastikan ricuh di Stadion Kanjuruhan terjadi bukan karena aksi Aremania.
Ia juga membeberkan penyebab ratusan korban yang tewas dalam tragedi maut tersebut.
Dirangkum Tribunnews.com, inilah empat temuan terkait tragedi Kanjuruhan yang disampaikan Komnas HAM:
Baca juga: Mahfud MD: TGIPF Sepakat Cari Akar Masalah Tragedi Kanjuruhan untuk Rekomendasi Selanjutnya
1. Aremania tak berniat ricuh
Tragedi di Stadion Kanjuruhan dipastikan terjadi bukan karena aksi suporter Arema FC atau Aremania.
Komnas HAM telah melakukan pengecekan kepada para pemain Arema FC dan suporter yang turun ke lapangan.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan Aremania turun ke lapangan bukan karena merasa kecewa jagoannya kalah.
Justru, mereka menghampiri para pemain untuk memberi semangat karena menelan pil pahit seusai kontra melawan Persebaya Surabaya.
Hal ini, kata Choirul Anam, dibuktikan dengan tidak adanya para pemain yang terluka ataupun mendapat perlakuan tak mengenakkan dari Aremania.
“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang. Itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan,” kata Choirul Anam, Rabu (5/10/2022), dikutip dari Kompas.com.
“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka," tegasnya.
“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” imbuhnya.
Baca juga: New York Times: Polisi Indonesia Kurang Terlatih dalam Mengendalikan Massa
Diketahui, awalnya ada dua Aremania yang turun ke lapangan setelah laga berakhir.
Aksi keduanya itu kemudian diikuti suporter dari tribun lain yang diduga menjadi alasan aparat meningkatkan keamanan.
Namun, Choirul Anam mengungkapkan, saat para suporter turun ke lapangan, tidak terjadi ricuh sama sekali.
Bahkan, ia menyebut situasi masih terkendali, meski banyak Aremania turun untuk memberi dukungan pada pemain Arema FC.
2. Penyebab ratusan korban tewas
Lebih lanjut, Choirul Anam juga membeberkan soal kondisi jenazah korban tragedi Kanjuruhan yang menunjukkan indikasi penyebab kematian.
Informasi soal jenazah korban tragedi Kanjuruhan didapatkan Komnas HAM dari pihak keluarga, Aremania, ataupun relawan.
Choirul Anam mengungkapkan, banyak jenazah yang kondisi wajahnya biru dan matanya merah.
Kondisi ini, kata Choirul Anam, kemungkinan besar disebabkan karena kekurangan oksigen dampak dari gas air mata yang ditembakkan polisi.
"Kondisi jenazahnya banyak yang mukanya biru, jadi muka biru ini banyak. Ini yang menunjukkan kemungkinan besar karena kekurangan oksigen karena juga gas air mata. Jadi muka biru, terus ada yang matanya merah, keluar juga busa," terang Anam, dilansir Tribunnews.com.
Baca juga: KSAD Dudung Akui Ada Prajurit TNI yang Lakukan Kekerasan di Kanjuruhan, Sebut Kini Sedang Diproses
Selain itu, ia juga menjelaskan karakter luka korban yang mengalami luka-luka.
Menurut Choirul Anam, mereka mengalami kondisi luka yang bermacam-macam diantaranya patah kaki, patah rahang, dan memar.
"Ada beberapa yang sangat memperihatinkan karena kena gas air mata adalah kondisi mata. Matanya sangat merah," ujarnya.
3. Hanya dua pintu yang dibuka saat kerusuhan
Choirul Anam memaparkan kondisi Stadion Kanjuruhan ketika kerusuhan terjadi pada Sabtu lalu.
Menurut hasil investigasi sementara, Komnas HAM menemukan hanya ada dua pintu keluar stadion yang dibuka, dari total 14 pintu, saat kerusuhan terjadi.
"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," terang Choirul Anam, dilansir Tribunnews.com.
4. Ada indikasi pelanggaran
Lebih lanjut, Choirul Anam mengatakan pihaknya menemukan indikasi adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada tragedi Kanjuruhan.
Choirul Anam pun menilai indikasi pelanggaran itu bisa dilihat oleh masyarakat.
Baca juga: Soroti Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ultras Vallecano & Bayern: Suporter Dibunuh Polisi
"Tidak hanya Komnas HAM yang bisa ngomong ini ada dugaan pelanggaran HAM. Semua masyarakat, terutama yang menonton video pasti akan bersepakat ini adalah pelanggaran HAM," tegasnya, dikutip dari Kompas.com.
Beberapa hari terakhir, beredar banyak video tentang apa saja yang terjadi saat tragedi Kanjuruhan.
Dari situ, kata Choirul Anam, masyarakat bisa menilai bahwa ada pelanggaran HAM dalam kerusuhan tersebut.
"Bisa bilang ada kekerasan di situ. Nah, kalau kita ngomong ada kekerasan di situ, maka dugaannya sangat kuat bahwa ada dugaan pelanggaran HAM di sana," ungkapnya.
Komnas HAM tidak berpikir sebatas asumsi, saat ini mereka tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Komnas HAM Pertanyakan Penggunaan Gas Air Mata
Berdasarkan investigas awal Komnas HAM, ditemukan fakta bahwa Aremania yang turun ke lapangan seusai laga Arema FC vs Persebaya berakhir, bukanlah untuk meluapkan kekesalan lantaran jagonya kalah.
Melainkan, mereka berniat memberi dukungan dan semangat pada tim kebanggan karena menelan pil pahit kalah dari Bajul Ijo dengan skor 2-3.
Diketahui, dari hasil temuan Komnas HAM, dua suporter turun dari tribun di bawah papan skor setelah pertandingan berakhir.
Aksi itu kemudian diikuti suporter lain dari tribun yang berbeda dan ditengarai menjadi alasan aparat keamanan meningkatkan tahapan keamanan.
Tetapi, Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengungkapkan situasi tidak langsung ricuh saat Aremania masuk lapangan.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai sore (5/10) ini, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya," kata Choirul Anam kepada Kompas.com, Rabu (5/10/2022).
Karena itu, Komnas HAM pun mempertanyakan penggunaan gas air mata yang diarahkan ke tribun suporter.
Lantaran, kondisi saat itu masih terkendali meski banyak suporter turun ke lapangan.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik," tanya Choirul Anam.
Tragedi maut di Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022), selepas laga Arema FC vs Persebaya.
Merujuk pada data yang dikeluarkan Pemkab Malang, korban meninggal mencapai 131 orang.
Sementara, korban luka ringan maupun berat mencapai ratusan dan banyak yang masih dirawat.
(Tribunnnews.com/Pravitri Retno W/Gita Irawan/Adi Suhendi, Kompas.com/Suci Rahayu/Mohamad Sadheli)