TRIBUNNEWS.COM - Sekaten merupakan tradisi Jawa yang rutin digelar di Solo, Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari laman surakarta.go.id, tradisi Sekaten biasanya diselenggarakan dengan diadakannya pasar malam selama satu bulan penuh.
Pada puncak upacara Sekaten akan digelar Grebeg Maulud Nabi berupa kirab gunungan.
Pagelaran Sekaten biasanya berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 bulan Rabiulawal
Sekaten tak hanya untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, namun juga proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa.
Dosen UIN Saizu Purwokerto, Mawi Khusni Albar, mengatakan Sekaten menjadi sarana akulturasi budaya.
Baca juga: Sambut Maulid Nabi, Ini Sifat Nabi Muhammad SAW yang Patut Diteladani
"Sekaten sebagai sarana akulturasi budaya, Islam datang ke tanah Jawa ketika situasi budaya dan tradisi non Islam telah mengakar kuat," ungkap Mawi kepada dalam program OASE: Peringatan Maulid Nabi Muhammad Tribunnews.com pada Jumat (16/9/2022).
Tradisi Sekaten sudah berjalan turun temurun sejak kerajaan Demak.
Pada awalnya, Sekaten diadopsi dari bahasa Arab, yakni Syahadatain yang mengandung Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.
Dalam prosesnya, tradisi Sekaten tak bisa lepas dari sosok Wali Songo terutama Sunan Kali Jaga.
Sunan Kali Jaga melakukan penyebaran dakwah Islam melalui kesenian yang ada pada tradisi Sekaten
Oleh sebab itu, ajaran Islam mulai masuk melalui proses penyesuaian adat istiadat, tradisi, dan budaya Jawa.
Menurut Mawi Khusni Albar, tradisi Sekaten harus tetap wajib dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda saat ini.
"Tradisi seperti ini (Sekaten) perlu dilestarikan dan dikenalkan kepada kalangan generasi milenial saat ini agar menjadi sarana pembelajaran," imbuh Mawi.