Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri berbicara mengenai kontribusi Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok bagi bangsa terjajah.
Konferensi Asia Afrika dengan Dasa Sila Bandung, kata dia, tidak hanya meletakkan prinsip non intervensi atas kedaulatan bangsa lain, melainkan juga telah menjadi piagam kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang berjuang melepaskan diri dari penjajahan.
Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair, lanjut dia, adalah sedikit contoh negara-negara yang kemudian merdeka.
Hal itu disampaikannya secara virtual dalam sambutannya pada opening ceremony "Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective", di Gedung ANRI, Jakarta Selatan pada Senin (7/11/2022).
"Bangsa-bangsa yang baru merdeka tersebut benar-benar digerakkan oleh suatu tekad agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," kata Megawati.
Sejarah selanjutnya, kata dia, mencatat bagaimana Konferensi Asia Afrika dan gerakan non blok menjadi satu nafas perjuangan umat manusia bagi tata dunia baru yang mengedepankan penghormatan terhadap kemerdekaan, kesetaraan antarbangsa, dan nilai-nilai kemanusiaan bagi terwujudnya perdamaian dunia.
Karena itulah, kata dia, menurutnya tidak berlebihan bahwa Konferensi Asia Afrika telah menjadi dasar dan ruh bagi terbangunnya solidaritas antarbangsa.
Selain itu, kata dia, Gerakan Non-Blok menjadi wadah gerakan pembebasan bangsa-bangsa dari himpitan perang dunia dan penjajahan yang masih berjalan pada waktu itu.
Gerakan non blok, lanjut dia, telah mengubah sebuah gambaran lanskap sistem internasional.
Baca juga: Konferensi Asia-Afrika 1955 Bukan Arsip Belaka, Rieke Diah Pitaloka: Petunjuk Masa Depan Dunia
Perubahan fundamental, kata dia, terjadi ketika Gerakan Non Blok menyatukan bangsa-bangsa berhaluan progresif untuk berdaulat dan berani keluar dari kepungan kedua blok raksasa yang pada waktu itu saling bertikai.
Blok tersebut, kata dia, Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet.
Pandangan bangsa-bangsa Asia-Afrika terhadap Blok Barat maupun Blok Timur, melihat keduanya selalu mengandung benih-benih kolonialisme dan imperialisme sebagai hal yang eksistensinya ditentang di dalam konferensi Asia-Afrika.
Setelah Konferensi Asia Afrika, kata dia, begitu banyak negara-negara di Asia Afrika yang segera bisa merdeka.
"Karena itulah gerakan non blok benar-benar menjadi motor perubahan wajah dunia dari yang namanya bipolar, menjadi multipolar," sambung dia.