TRIBUNNEWS.COM, BALI - Perhelatan B20 Indonesia Summit 2022 atau Konferensi Tingkat Tinggi B20 (KTT B20) yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDC), Kawasan Nusa Dua resmi dibuka, Minggu (13/11/2022).
B20 Summit yang diinisiasi oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia berlangsung selama
dua hari, mulai dari tanggal 13-14 November 2022 dan dihadiri lebih dari 3300 delegasi yang terdiri dari2000 CEO, pemimpin bisnis dari 65 negara dan beberapa kepala negara yang telah terdaftar, sekaligusmenjadi puncak rangkaian kegiatan Presidensi B20 Indonesia yang telah dimulai simultan sejak Inception Meeting pada bulan Januari 2022.
Chair of B20 Indonesia, Shinta Kamdani saat membuka acara B20 Summit yang mengusung tema “Advancing Innovative, Inclusive, and Collaborative Growth” mengatakan konferensi ini telah didukung oleh lebih dari 1200 anggota Task Force dan Action Council, serta anggota International Advocacy Caucus yang mewakili lebih dari 15 sektor industri.
Shinta juga dengan bangga menyatakan tahun ini, 34 persen anggota Task Force/Action Council B20 Indonesia adalah perempuan yang menunjukkan komitmen berkelanjutan Indonesia di B20 untuk mempromosikan pemberdayaan dan inklusi perempuan.
Mencerminkan penekanan pada inklusivitas dalam proses B20 Indonesia sepanjang tahun, terdapat keragaman pembicara dan audiens hari ini dengan 100 pembicara lebih dari 30 negara.
“Forum ini bersifat global dan peran kami dalam menyatukan berbagai kelompok pemangku kepentingan dengan sangat serius. Melalui bantuan delegasi dari seluruh dunia, dengan senang hati saya sampaikan bahwa kami secara kolektif merumuskan prioritas kami di B20 Indonesia menjadi 25 policy recommendation dan 68 policy action,” ujar Shinta.
Semua rekomendasi dan tindakan kebijakan itu, kata Shinta didasarkan pada kondisi komunitas global saat ini, mulai dari pandemi, pesatnya digitalisasi, rantai nilai global yang lebih inklusif, mengatasi dampak perubahan iklim dan isu lainnya yang mendorong perlunya tata nilai yang baru, lebih adil dan inklusif.
Prioritas B20 Indonesia, sambung Shinta, juga selaras dengan prioritas G20 Indonesia yang menekankan pada transisi energi yang berkelanjutan, memperkuat arsitektur kesehatan global dan memajukan transformasi digital. “Untuk itu, kami merumuskan tiga bidang terobosan yaitu inovasi untuk pertumbuhan pasca krisis yang adil, penyertaan UMKM dan kelompok rentan untuk pembangunan berkelanjutan, dan kolaborasi negara maju dan berkembang untuk pertumbuhan yang tangguh dan berkelanjutan,” jelasnya.
Tiga bidang prioritas B20 ini tercermin dalam tindakan dengan tujuan menyeluruh untuk mendorong masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan. B20 Indonesia, kata Shinta, dalam setiap terobosannya mendukung serangkaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Majelis Umum PBB.
Selama Presidensi G20 diemban Indonesia sepanjang tahun ini, B20 Indonesia berkomitmen untuk
memberikan hasil yang konkrit serta dapat ditindaklanjuti, yang memberikan dampak berkelanjutan untuk dapat diteruskan oleh Presidensi B20 berikutnya. Untuk itu, B20 Indonesia juga mengembangkan legacy program yang berkelanjutan dan bertahan lama.
Di akhir Summit, B20 Indonesia telah menyiapkan B20 Final Communique, sebuah dokumen yang
merangkum seluruh policy recommendation yang diserahkan kepada KTT G20. Harapannya, rekomendasi tersebut dapat diadopsi oleh G20 sehingga kedua forum ini dapat terus bekerja sama untuk mengimplementasikannya demi mencapai kemajuan yang saat ini diperjuangkan.
Dalam kesempatan yang sama, Host of B20 Indonesia dan Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, selama Presidensi tahun ini B20 Indonesia berkomitmen untuk memberikan hasil yang konkrit, dapat ditindaklanjuti untuk dapat diteruskan oleh Presidensi B20 berikutnya sehingga memberikan dampak signifikan bagi negara-negara G20.
"B20 Summit tahun ini berlangsung di tengah gejolak geopolitik yang semakin intensif, serta
kekhawatiran bahwa globalisasi telah gagal memberikan keuntungan yang adil. Belum lagi, tantangan perubahan iklim yang tak terbantahkan, yang mungkin merupakan yang paling mendesak dari semuanya. Untuk itu, fokus prioritas B20 Indonesia tahun ini seperti yang baru saja dijabarkan Ibu Shinta yaitu memajukan pertumbuhan yang inovatif, inklusif, dan kolaboratif," ujar Arsjad.
Ketiga prioritas itu, lanjut Arsjad, memiliki makna yang spesial bagi Indonesia yang sangat majemuk
namun bisa bersatu teguh."Hari ini, melalui B20 Summit kita ditantang untuk bekerja bersama
mendukung ekonomi yang sedang rapuh agar bangkit kembali sembari memastikan ke depannya
kedamaian dan kemakmuran senantiasa dapat diakses oleh semua kalangan,” ujarnya.
Arsjad mengatakan kita harus berani keluar dari cara lama dan zona nyaman serta berinovasi, bukan hanya dalam hal teknologi tetapi juga dalam cara kita bekerja sama, pola pikir dan kebijakan-kebijakan kita karena saat ini yang dihadapi merupakan tantangan baru sehingga perlu solusi baru yang sesuai dan menghasilkan pertumbuhan yang inklusif.