TRIBUNNEWS.COM - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengapresiasi pertemuan Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) di sela-sela KTT G20 di Bali.
Pertemuan PGII para pemimpin dunia dimana Presiden Indonesia Joko Widodo yang didampingi Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto bersama Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen sebagai tuan rumah bersama sekelompok pemimpin negara G20 itu diyakini sebagai kerja-kerja diplomasi yang dapat menjembatani kepentingan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang serta miskin.
“PGII menjadi momentum yang tepat untuk menunjukkan komitmen guna mempercepat investasi dalam infrastruktur yang berkualitas di negara-negara miskin dan menengah di seluruh dunia serta memperkuat perekonomian global. Pertemuan ini bentuk kerja nyata diplomasi tim perekonomian RI di bawah komando Menko Perekonomian RI, Bapak Airlangga Hartarto," kata Meutya Hafid dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (16/11).
Meutya Hafid juga sepakat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo dalam forum tersebut yang menegaskan 3 hal penting untuk PGII ke depan yaitu: pentingnya country driven, paradigma kolaborasi dengan berbagai stakeholders, dan dukungan pencapaian SDGs.
Politisi senior Partai Golkar tersebut mengatakan dirinya mendukung inisiatif dalam PGII tersebut karena akan sangat bermanfaat bagi kepentingan nasional Indonesia. Meutya Hafid menambahkan dana yang tercakup dalam PGII tersebut nantinya bakal berfokus pada pembiayaan sejumlah proyek seperti perubahan iklim, perluasan akses teknologi informasi, pembangunan sarana kesehatan, hingga kesetaraan gender.
“Proyek-proyek di atas adalah sektor strategis yang menjadi andalan Indonesia dalam Presidensi G20.” ujar politisi dapil Sumatera Utara.
Sebagai Ketua Komisi I DPR RI, ia berharap Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan proyek PGII untuk mengembangkan, memperluas, dan menerapkan jaringan dan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang aman untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memfasilitasi masyarakat digital yang terbuka yang ditandai dengan dukungan akses ke platform dan layanan internet dan seluler yang terbuka, dapat dioperasikan, aman, dan andal dengan keamanan siber yang baik.
Sebagai politisi perempuan Meutya Hafid, mengungkapkan bahwa perluasan akses TIK akan berdampak pada pemberdayaan perempuan.
Lebih lanjut ia mengatakan transformasi digital akan memberikan peluang bagi peningkatan kualitas hidup perempuan. Namun, kita masih menghadapi banyak tantangan termasuk kesenjangan digital khususnya kesenjangan gender atas akses terhadap literasi internet dan keterampilan di dunia maya.
"Dengan memanfaatkan TIK, besar peluang bagi perempuan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga," katanya.
Seperti diketahui, di sela-sela Pertemuan Tingkat Tinggi Presidensi G20 Indonesia, telah diadakan pertemuan PGII, Selasa (15/11) di Bali. PGII merupakan upaya kolaboratif oleh anggota G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada dan Prancis) yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2021 pada KTT G7 ke-47 di Inggris.
PGII memiliki komitmen selama 5 tahun ke depan akan menginvestasikan USD 600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang.(*)