News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil dan Sosok

Profil Syamsul Anwar, Calon Ketua Umum PP Muhammadiyah yang Memperoleh 182 Suara

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Profil Syamsul Anwar, calon Ketua Umum PP Muhammadiyah yang memperoleh 182 suara.

TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah profil Syamsul Anwar, calon Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Dalam sidang tanwir pra Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Jumat (18/11/2022), terdapat 39 nama yang salah satunya akan menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Dari ke-39 calon tersebut, ada nama Syamsul Anwar yang memperoleh 182 suara.

Lantas, siapa Syamsul Anwar?

Baca juga: Profil Saad Ibrahim, Ketua PWM Jawa Timur yang Jadi Calon Ketua Umum PP Muhammadiyah

Profil Singkat Syamsul Anwar

Syamsul Anwar adalah Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Ia menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan telah diangkat menjadi guru besar Fakultas Syariah.

Dikutip dari TribunPadang.com, Syamsul Anwar lahir pada tanggal 30 Maret 1956.

Syamsul Anwar tinggal di kampung yang beradasa di sebuah pulau kecil bernama Midai, yang sekarang merupakan sebuah kecamatan di dalam Kabupaten Natuna, Propinsi Kepulauan Riau.

Saat kecil, dia lebih akrab disapa dengan nama Syamsu oleh orang-orang di kampungnya.

Syamsul Anwar adalah anak kedua dari tujuh bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki.

Kedua orang tua Syamsul Anwar adalah H. Abbas dan Hj. Maryam.

Melalui kedua orang tuanya ini Syamsul Anwar sejak kecil mendapat bimbingan keagamaan dan dididik dalam suasana semangat religius yang dimiliki kedua orang tuanya dan lingkungan kampungnya.

Pendidikan pertama yang dijalani Syamsul Anwar adalah belajar membaca al-Qur’an bersama orang tuanya sendiri di rumah sebelum memasuki pendidikan formal.

Ketika berusia tujuh tahun, tepatnya pada tahun 1963, Syamsul Anwar dimasukkan oleh orang tuanya ke Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah (MII) di kampung halamannya Midai, dan tamat tahun 1968.

Setelah duduk di kelas lima, pada tahun 1967 Syamul Anwar masuk Madrasah Muhammadiyah yang diselenggarakan sore hari sehingga sekolahnya dua kali, sekolah pagi di MII dan sekolah sore di Madrasah Muhammadiyah.

Di madrasah sore inilah Syamul Anwar mulai belajar pengetahuan agama secara lebih intensif dari beberapa guru yang sebagiannya lulusan dari Mekah dan sebagian lain dari Thawalib Padang Panjang.

Adapun mata pelajaran yang dipelajari meliputi bahasa Arab, fikih, hadis, tafsir, tarikh dan tulisan Melayu (tulisan bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Arab).

Baca juga: Profil 39 Calon Ketua PP Muhammadiyah: Anwar Abbas, Syamsul Anwar, Haedar Nashir

Pada tahun 1969, Syamsul Anwar meneruskan pelajaran ke Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) di kampung halamannya.

Namun Syamsul Anwar hanya beberapa bulan saja belajar di sekolah tersebut.

Syamsul Anwar kemudian meninggalkan kampung halaman dan berangkat ke Tanjung Pinang di mana ia masuk Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN).

Di sekolah ini, dia belajar selama enam tahun sampai tamat kelas enam pada tahun 1974.

Syamsul Anwar pun sudah mampu berbahasa Arab dan membaca kita Arab.

Pada akhir tahun 1974, kemudian Syamsul Anwar berangkat menuju Yogyakarta untuk meneruskan kuliahnya.

Atas dorongan guru bahasa Arabnya Ustaz Abu Bakar Ali, Syamsul Anwar masuk Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga pada awal tahun 1975.

Setelah itu, pada tahun 1978 dia memperoleh gelar Sarjana Muda.

Kemudian, pada tahun itu juga dia melanjutkan studi pada tingkat doktoral dengan mengambil Jurusan Pidana dan Perdata Islam dan lulus pada tahun 1981 dengan skripsi berjudul "Asas Kebebasan Berkontrak dalam Hukum Islam."

Selain mengikuti kegiatan kuliah di kampus, Syamsul Anwar juga mengikuti berbagai pelajaran tambahan di luar kampus.

Sejak pertama kali sampai di Yogyakarta dia mengikuti kursus pendidikan kader yang diselenggarakan oleh Pendidikan Kader Masjid Syuhada (PKMS) pada tahun 1975.

Tahun berikutnya dia juga ikut serta menjadi pengurus PKMS sebagai Ketua Seksi Bahasa Arab.

Syamsul Anwar juga masih mengikuti pelajaran bahasa Arab privat kepada salah seorang dosen IAIN Sunan Kalijaga yang mahir berbahasa Arab, yaitu Ali Abu Bakar Basalamah (w. 1997).

Pendidikan Strata 2 (S-2) telah diselesaikan Syamsul Anwar di Jurusan Akidah dan Filsafat Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1991 dengan menulis tesis berjudul "Konsep Negara dalam Dunia Melayu: Kajian terhadap Pemikiran Ali Haji," dibawah bimbingan Prof. Dr. H. A. Mukti Ali.

Selain kuliah di S-2 IAIN Sunan Kalijaga, Syamsul Anwar juga mendapat beasiswa bersama sejumlah 13 orang dosen IAIN se-Indonesia lainnya untuk belajar di Universitas Leiden tahun 1989-1990.

Untuk itu, Syamsul Anwar harus belajar bahasa Belanda secara super intensif di Pusat Kebudayaan Belanda "Erasmus Huis" Kedutaan Besar Belanda di Jakarta selama satu semester.

Setelah itu dia berangkat ke Belanda untuk kuliah di Universitas Negeri Leiden.

Namun untuk memperlancar bahasa Inggris oleh Universitas Leiden dikirim ke School of Oriental and African Studies (SOAS) Universitas London di London selama dua bulan (Juli-Agustus 1989).

Selain mengikuti kuliah, Syamsul Anwar juga melakukan penelitian untuk tesis masternya di IAIN.

Oleh INIS selaku sponsor, untuk penelitian guna penyusunan tesis di Leiden ini ditunjuk Prof. Dr. C. Van Dijk selaku supervisor.

Pendidikan S-3 diselesaikan pada tahun 2001 di Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga dalam bidang hukum Islam dengan disertasi berjudul "Epistemologi Hukum Islam dalam alMustaṣ fa Karya al-Gazzali."

Disertasi ini sebagian ditulis di Hartford, Connecticut, pada tahun 1997 di mana Syamsul Anwar pada tahun itu mendapat kesempatan mengikuti Sandwich Program dalam rangka studi agama-agama di Hartford Seminary.

Dilansir Tribunsolo.com, pada tahun 1989, dia menikah dengan Dra. Suryani.

Sehari-hari, Syamsul Anwar bekerja sebagau dosen tetap Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, sejak tahun 1983 hingga sekarang.

Kemudian pada tahun 2004 dia diangkat sebagai guru besar.

Selain itu juga memberi kuliah pada Pasca Sarjana sejumlah Perguruan Tinggi, seperti S2 dan S3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program S3 Ilmu Hukum UII, S3 IAIN Ar-Raniry di Banda Aceh, di samping PPS UIN Sunan Kalijaga.

(Tribunnews.com/Latifah)(TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)(TribunSolo.com/Hanang Yuwono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini