"Anak saya sudah ditangani, sudah dijahit dan diperban RSUD Sayang Cianjur," imbuhnya.
Kemudian, Rufaidah memutuskan untuk membawa anaknya menjalani perawatan yang lebih memadai ke daerah Citeureup.
"Saat di sana saya tanya, anak saya sudah ditangani kepalanya kemudian apakah aman 3-4 jam perjalanan menuju Citereup. Kata dokter RSUD aman," kata Rufaidah.
"Yang saya pikirkan, saya minta rujukan ke faskes 1. Walau pertolongan pertama sudah dilakukan, hanya saja kami ingin adanya tindakan lanjutan, semisal rontgen dan CT scan. Karena ini kepala dan ini anak kecil," imbuhnya.
Di tengah perjalanan, jahitan kepala Ibriz yang belum kering, mendadak mengeluarkan darah.
Baju balita tersebut menjadi basah karena darah.
Sebelum membawa ke rumah sakit yang besar, Rufaidah mendatangi sebuah klinik di Citeureup dan meminta surat rujukan.
Dari pihak klinik, Rufaidah dirujuk ke sebuah rumah sakit swasta yang lokasinya tidak jauh.
"Nah dari Cianjur kita lewat jonggol, jahitan kepala anak saya yang belum kering itu rembes. Darah membasahi bajunya," kata Rufaidah.
"Pikiran saya adalah saya harus minta rujukan ke faskes 1 di Klinik Insani Citeureup,"
"Karena melihat kondisi anak saya penuh dengan darah, akhirnya dirujuk ke sebuah rumah sakit swasta yang berada di dekat Klinik Insani," imbuhnya.
Setibanya di rumah sakit swasta tersebut, luka yang ada di kepala Ibriz dibersihkan dan diperban kembali.
Namun pihak rumah sakit itu menolak untuk melakukan perawatan lebih lanjut kepada Ibriz.
Alasannya karena pasien korban bencana alam tidak dapat dicover BPJS Kesehatan.