Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penanggulangan HIV masih hadapi tantangan, khususnya yang dirasakan pada perempuan dan anak.
Satu di antaranya adalah masih ada ketidaksetaraan di dalam layanan HIV.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi, MPHM.
Menurutnya masih ada stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV.
"Ibu hamil positif ini beberapa kasus itu juga mereka tidak berani mengungkapkan kepada keluarga. Karena ketika positif yang ditanyakan keluarga atau masyarakat adalah kena dari mana," ungkapnya pada media briefing yang diadakan Kementerian Kesehatan, Selasa (29/11/2022).
Pertanyaan ini kata Imran sangat berat dijawab oleh si ibu.
Baca juga: Ada 12.500 Anak Berstatus HIV di Indonesia, Tanda Pencegahan Perlu Diperkuat
Pada beberapa kasus, malah menimbulkan pertengkaran di dalam keluarga.
Ujungnya sebagian ibu dan bayi tidak bisa untuk mengakses obat karena permasalahan ini.
Tantangan lain adalah bagaimana retensi pengobatan antiretroviral (APV) yang rendah sehingga butuh perhatian.
Untuk memasukkan ke dalam terapi masih belum banyak perbaikan signifikan karena masih di bawah 50 persen.
Sehingga mungkin membutuhkan pendekatan yang perlu direspon secara baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, praktisi, masyarakat swasta dan media.
"Baik di sektor kesehatan mau pun di luar sektor kesehatan," pungkasnya.