News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peringatan 57 Tahun Munir, Suciwati Sindir Orang-orang yang Jual Kerja Kemanusiaan kepada Kekuasaan

Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Istri aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib, Suciwati dalam Peringatan Hari HAM dan Mengenang 57 Tahun Munir bertajuk Potret Penegakan HAM di Indonesia yang digelar di Cafe Sadjoe Jakarta Selatan pada Kamis (8/12/2022). Suciwati menyindir orang-orang yang menurutnya telah menjual kerja-kerja kemanusiaan kepada kekuasaan.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istri aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib, Suciwati menyindir orang-orang yang menurutnya telah menjual kerja-kerja kemanusiaan kepada kekuasaan.

Suciwati mengatakan selama ini telah melihat banyak orang yang sedang menikmati kekuasaan setelah menjual kerja-kerja kemanusiaan kepada kekuasaan.

Ia pun sampai pada titik terkadang tidak percaya lagi dengan orang-orang yang bersemangat duduk di lembaga-lembaga hak asasi manusia.

Suciwati merasa curiga lembaga-lembaga hak asasi manusia hanya dipakai mereka sebagai batu loncatan untuk masuk ke ruang kekuasaan.

Baca juga: Usman Hamid Beberkan Alasannya Menolak Gabung Tim Ad Hoc Munir Bentukan Komnas HAM

Bagi Suciwati mereka yang dulu berjuang bersamanya dan masyarakat sipil kemudian masuk kekuasaan bukanlah teman, melainkan rezim.

Menurutnya, saat ini hak asasi manusia hanya jadi komoditi.

Begitu pula dengan korban pelanggaran HAM yang menurutnya juga hanya menjadi komoditi.

Hal tersebut disampaikannya dalam Peringatan Hari HAM dan Mengenang 57 Tahun Munir bertajuk Potret Penegakan HAM di Indonesia yang digelar di Cafe Sadjoe Jakarta Selatan, Kamis (8/12/2022).

"Yang saya sedih seringkali adalah kerja-kerja kemanusiaan itu menjadi hilang hari ini, karena yang mengkhianati itu orang-orang yang dulu bekerja di situ. Menjual itu kepada rezim, hanya untuk kekuasaan. Itu yang menyedihkan sebetulnya," kata Suciwati.

"Jadi hari ini saya rindu sosok Munir bukan hanya sebagai seorang suami, tapi sosok yang memperjuangkan republik ini dengan benar. Yang memperjuangkan darah korban, menjaganya mati-matian. Yang tidak bisa ditebus dengan rupiah, jabatan, tidak ada. Saya rindu banget orang yang seperti ini," sambung dia.

Hari ini, kata Suciwati, masyarakat telah kehilangan orang-orang yang berintegritas.

Selain itu, menurutnya apa yang terjadi hari ini adalah kegagalan gerakan masyarakat sipil di mana yang menikmati demokrasi dan hak asasi manusia hari ini adalah para penjahat kemanusiaaan.

Baca juga: Komnas HAM Umumkan 3 dari 5 Anggota Tim Ad Hoc Dugaan Pelanggaran HAM Berat Kasus Munir

"Sehingga hari ini, mereka bisa mengubah Undang-Undang yang harusnya melindungi masyarakat, melindungi korban-korban pelanggaran HAM, malah nggak. Sebentar lagi, 20 tahun, kagak ada itu kasus pelanggaran HAM. Habis. Hilang. Seperti ini negara kita," kata Suciwati.

"Hari ini, memang harus jadi refleksi kita masyarakat sipil, untuk bersama-sama, apa sih yang harus kita lakukan ke depan. Apakah selama ini, hanya karena kita asyik dengan proyek-proyek sendiri, masing-masing lembaga, sehingga tidak ada sinergi yang bersama-sama menjaga undang-undang, menjaga orang-orang yang bekerja di DPR," sambung dia.

Sebagai keluarga korban pelanggaran HAM, menurut Suciwati penegakan HAM tidak ada.

Ia merasa apa yang sudah dilakukan oleh teman-teman, bahkan yang sudah dilakukan oleh suaminya hari ini mau dihapus oleh pemerintahan.

"Jadi, ngomong soal hak asasi sebetulnya saya sudah hopeless. Sejak awal saya nggak pernah percaya yang namanya Jokowi. Mau ngomong nawacita, nawaciti, nggak ada," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini