News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tiga Pelajar Indonesia Raih Medali Emas dalam Kompetisi Akademik di Amerika Serikat

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga pelajar SMP, Chloe Herliv Chen, Gerald Ray Anggono, dan Gwyneth Abigail Tanuwidjaja memborong penghargaan di ajang akademik tingkat dunia yaitu World Scholar’s Cup (WSC)  Tournament of Championship 2022.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga pelajar SMP, Chloe Herliv Chen, Gerald Ray Anggono, dan Gwyneth Abigail Tanuwidjaja memborong penghargaan di ajang akademik tingkat dunia yaitu World Scholar’s Cup (WSC)  Tournament of Championship 2022.

Secara keseluruhan, SMP IPEKA IICS Integrated Christian School, Jakarta mengoleksi total 48 medali emas dan perak bahkan berhasil mengangkat 3 trofi terbaik di ajang tersebut karena berhasil masuk dalam Top 10 Junior Team Overall.

Baca juga: Diikuti Peserta Internasional, Simracer Indonesia Berhasil Juarai Kompetisi Honda Racing Simulator

WSC Tournament of Championship 2022 diikuti oleh ribuan pelajar di seluruh dunia yang datang dari 45 negara yang acara puncaknya digelar di Yale University Amerika Serikat.

Peserta kompetisi bertanding debat, menulis, pengetahuan umum, hingga cerdas cermat dengan menggunakan materi pengetahuan dari bidang sains, seni, dan musik.

Sebelum sampai ke Yale University, mereka mengawali dengan mengikuti seleksi pertandingan debat antarprovinsi di Indonesia yang diadakan di Bandung, Jawa Barat. 

Setelah lolos seleksi regional, Chloe, Gerald dan Gwyneth pun berkesempatan untuk mengikuti kompetisi regional di Bangkok, Thailand pada September 2022 dan mereka kembali menang sehingga membawa mereka pada Tournament of Championship WSC 2022 di Yale University, Amerika Serikat. 

Untuk mencapai apa yang diperolehnya sekarang mereka berjuang sangat keras apalagi mereka bertiga datang dari latar kesukaan yang berbeda.

Mereka  harus belajar bersama  tiga jam per hari dan makin intens kalau sudah menjelang waktu lomba.

"Selain belajar tatap muka, kita juga suka belajar via Zoom. Untuk waktu belajar fleksibel, tapi kira-kira makan waktu tiga jam per hari. Biasanya akan semakin intens kalau sudah menjelang waktu lomba,” kata Gwyneth.

Lantas bagaimana pandangannya terkait kompetisi internasional? 

Baca juga: Ketersediaan Fasilitas Sekolah Dorong Kemampuan Akademik dan Nonakademik Siswa

Gwyneth mengatakan, turnamen internasional bukan saja menunjukkan siapa yang terbaik, tetapi juga mendapatkan banyak teman dari seluruh dunia.

“Kita bisa berteman dengan banyak orang dan saling belajar atau menambah wawasan tentang hal-hal yang terjadi di negara lain,” kata Chloe.

Gerald mengaku turnamen internasional juga sangat mengubah caranya berpikir, karena di sini ia tidak hanya berjuang untuk berlomba tetapi juga mendapatkan banyak pengalaman berharga dan mengenal teman-teman dari seluruh dunia dengan latar belakang budaya berbeda. 

Setelah meraih penghargaan di AS, perjuangan Chloe dan Gerald di kancah internasional pun masih berlanjut karena mereka sedang mempersipakan diri untuk bertarung di konferensi Model United Nations (MUN) di tahun depan.

Baca juga: Peningkatan Kualitas SDM Tenaga Kefarmasian Perlu Dilakukan oleh Seluruh Civitas Akademik

MUN merupakan sebuah konferensi yang dikenal sebagai simulasi sidang di PBB dan banyak anak muda yang ingin berpartisipasi dalam simulasi pembahasan isu global tersebut.

“MUN itu konsepnya representatif sebuah negara. Misalnya saya diminta mewakili Indonesia, maka saya harus merepresentasikan Indonesia sebaik mungkin di depan representatif negara lain yang hadir, jadi cukup menantang juga untuk belajar isu di berbagai negara,” kata Chloe.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini