News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Beberkan Dinamika Lingstra, Tantangan, dan Ancaman yang Akan Dihadapi KSAL Baru

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi TNI AL - Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpandangan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) baru, pengganti Laksamana TNI Yudo Margono yang telah resmi dilantik sebagai Panglima TNI, Senin (19/12/2022), harus menyiapkan sejumlah strategi.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpandangan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) baru, pengganti Laksamana TNI Yudo Margono yang telah resmi dilantik sebagai Panglima TNI, Senin (19/12/2022), harus menyiapkan sejumlah strategi.

Strategi yang dimaksud Fahmi antara lain menyangkut penangkalan terkait dinamika lingkungan strategis (lingstra), tantangan dan ancaman yang dihadapi di seluruh kawasan perairan kedaulatan Indonesia.

Fahmi juga membeberkan sejumlah dinamika lingkungan strategis yang akan dihadapi KSAL di antaranya meningkatnya agresivitas China dan Amerika Serikat di perairan Natuna Utara.

Selain itu, lanjut dia, yakni terbentuknya pakta pertahanan trilateral AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat yang diiringi rencana pembangunan sejumlah kapal selam bertenaga nuklir.

"Meskipun diklaim sebagai bentuk perimbangan kekuatan demi stabilitas kawasan, keberadaan AUKUS dan agresivitas negara-negara kuat itu sulit dipungkiri justru berpotensi memicu ketegangan dan eskalasi konflik sewaktu-waktu," kata Fahmi saat dihubungi Tribunnews.com pada Senin (19/12/2022).

Baca juga: Sosok KSAL Pengganti Laksamana Yudo, Pengamat: Idealnya Pernah Jabat Komandan Kapal Satuan Pemukul

Terkait dengan ancaman, kata dia, ada beragam bentuk ancaman yang dihadapi di laut.

Menurut Fahmi ancaman yang dapat dipilah menjadi ancaman terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah serta ancaman terhadap keamanan laut antara lain adanya klaim kepemilikan dan pendudukan pulau oleh negara lain.

Selain itu, kata dia, pengelolaan dan pemanfaatan ruang laut secara tidak sah oleh pihak asing, baik negara maupun korporasi.

Kemudian, lanjut dia, pelintasan kapal secara ilegal/tanpa izin di alur laut dan perairan teritorial, termasuk pengoperasian perangkat-perangkat pemantauan di bawah permukaan laut baik untuk kepentingan militer maupun nonmiliter.

"Keempat, kejahatan di laut, termasuk yang bersifat transnasional seperti pembajakan kapal, penyanderaan orang hingga penyelundupan barang terlarang," kata Fahmi.

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi. (tangkap layar Youtube Tribunnews)

Menyangkut tantangan yang dihadapi, lanjut Fahmi, di antaranya adalah adanya celah-celah rawan akibat keterbatasan kekuatan dan kemampuan alutsista baik armada kapal, radar dan persenjataan, terutama untuk patroli pengawasan dan penghadangan, mengingat wilayah perairan yang begitu luas.

Selain itu, kata dia, minimnya efek deteren sebagai akibat masih lambatnya upaya peremajaan dan modernisasi alutsista TNI AL.

Selanjutnya, masih adanya tumpang tindih kewenangan terutama dalam hal penegakan hukum dan keamanan di laut sebagai akibat belum selarasnya payung hukum antarlembaga maupun antara hukum nasional dan internasional.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini