News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tahun Baru Imlek

Makna dan Sejarah Lampion dalam Perayaan Imlek

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja mengecat atap dan memasang lampion sebagai persiapan perayaan tahun Baru Imlek di Klenteng Eng An Kiong, Malang, Jawa Timur, Senin (9/1/2023). Pengelola tempat ibadah tersebut sengaja melakukan pembersihan dan pemasangan dekorasi jauh-jauh hari karena banyaknya rangkaian acara perayaan tahun baru Imlek yang akan diadakan seiring dicabutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). SURYA/PURWANTO

Bagi masyarakat Tiongkok, lampion memiliki cerita dan makna tersendiri. Lampion sudah ada sejak Dinasti Han (25-220 M).

Orang-orang dari Dinasti Han Timur membuat rangka lampion dari kayu, bambu, atau jerami gandum.

Kemudian mereka meletakkan lilin di tengahnya dan merentangkan sutra atau kertas di atasnya agar nyala api tidak tertiup angin.

Lampion digunakan untuk melapisi lampu atau untuk penerangan.

Selain itu, lampion juga digunakan untuk sembahyang ke tempat peribadatan setiap tanggal 15 di bulan pertama kalender lunar.

Inilah yang menjadi asal mula Festival Lampion yang diselenggarakan hingga sekarang.

Pada saat Dinasti Tang (618-907 M), lampion digunakan untuk keperluan yang lebih modern.

Lampion kertas mulai digunakan orang-orang untuk perayaan-perayaan yang sifatnya lebih luas.

Contohnya, sebagai bentuk syukur atas kehidupan yang damai.

Seiring berjalannya waktu, lampion diadopsi oleh para biksu Buddha sebagai bagian dari ritual ibadah mereka saat hari ke-15 bulan pertama kalender lunar.

Hingga pada akhirnya, lampion mulai identik dengan perayaan tahun baru dalam penanggalan Tionghoa.

(Tribunnews.com, Widya)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini