TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka menjahit semangat kebangsaan, organisasi Barisan Rakyat Indonesia Kawal Demokrasi (Barikade) 98 menyelenggarakan acara perayaan natal sekaligus silaturahmi relawan Jokowi.
Acara berlangsung di kantor Sekretariat Barikade 98, Jalan Cimandiri, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (18/1/2023) malam, mengambil tema "Seorang Yang Terhormat".
Ketua Umum Barikade 98, Benny Rhamdani, mengatakan Barikade 98 menyelenggarakan kegiatan perayaan natal secara rutin setiap tahun.
Ia menyatakan natal harus menjadi momentum sukacita serta kebahagiaan, dan semoga menjadi berkat bagi seluruh umat manusia.
"Tapi yang terpenting adalah dari pelaksanaan seperti ini, di mana setiap masyarakat kita undang, apapun agamanya, sukunya, dilahirkan dia dimana, minimal untuk terus mempererat, menjahit semangat kebangsaan, semangat persaudaraan, semangat di Indonesia yang tidak boleh luntur," ujar Benny Rhamdani dalam keterangan yang diterima, Kamis (19/1/2023).
Baca juga: Warga Histeris Sambut Kedatangan Jokowi di Pasar Airmadidi Minahasa Uatara
Ia menegaskan, penyelenggaraan acara seperti ini adalah cara-cara untuk terus saling menguatkan semangat persaudaraan dan kebangsaan.
Sebab, kata Benny, masih ada pihak yang tidak rela negara ini maju dan harmoni di tengah perbedaan.
"Sehingga kita yang merasa sebagai kaum nasionalis ingin menjaga Pancasila, menjaga merah putih, kita tidak pernah rela terjadi konflik hanya karena masalah berbeda agama, berbeda suku," kata Benny.
Jelang pesta demokrasi 2024 mendatang, ia juga berpesan agar momentum politik tersebut tidak dijadikan sebagai media pecah belah.
Momentum politik tidak dijadikan sebagai ajang untuk saling menghasut hingga menyebabkan kebencian.
"Berita bohong dan bahkan cara-cara menghalalkan segala cara dengan membenturkan antar suku dan agamanya, ini bisa merobek wajah kebangsaan kita, ini bisa meluluhlantakkan harmoni persaudaraan anak-anak bangsa," ucapnya.
Benny juga tidak ingin konflik sosial atau konflik horizontal yang terjadi pada saat momentum Pilpres 2019 terulang dan cukup menjadi pelajaran berharga bagi bangsa ini.
"Proses recoverynya ini tidak mudah diselesaikan dalam waktu 5 atau 15 atau 20 tahun ke depan, ini luka sejarah, ini luka kebangsaan yang harus kita obati, kita jahit kembali merah putih yang robek, semua harus kita ajak duduk bersama-sama sebagai anak bangsa," tegasnya.
"Kita boleh berbeda dukungan, kita boleh berbeda untuk memilih siapa orang yang kita yakini mampu memimpin bangsa ini, tapi kontestasi rivalitas itu harus dinyatakan selesai ketika kita memberikan suara di TPS, setelah itu kita kembali ke satu rumah yang bernama Indonesia," katanya.